Senin, 11 Januari 2016

TEORI PERTUKARAN SOSIAL DAN TEORI ILIHAN RASIONAL



TEORI PERTUKARAN SOSIAL DAN TEORI ILIHAN RASIONAL
A.    SEJARAH TEORI
Diawali dari pemikiran Burgess dan Baldwin (1969) tentang behaviorisme yang menekankan perilaku actor dengan lingkungan dan sebaliknya, Goerge Homans (1974) mengembangkan teori pertukaran social dengan proposisi psikologis. Berbeda dengan Homans, Peter Blau (1964) memahami struktur social berdasarkan analisis proses social yang mempengaruhi hubungan antara individu dan kelompok (pertukaran pribadi ke struktur dari mikro ke makro). Barry Wellman (1983) memusatkan perhatian pada pola ikatan objektif yang menghubungkan anggota masyarakat (jaringan). Sementara Cook dan Whitmeyer (1992) mengkombinasikan teori pertukaran social dan analisis jaringan. Perkembangan terakhir teori pertukaran dalam buku ini di gagas oleh James S. Coleman (1990) tentang Teori pilihan rasional (Paradigm tindakan rasional) adalah satu-satunya teori yang mungkin menghasilkan integrasi berbagai paradigma sosiologi.

B.     MATERI UTAMA
Teori pertukaran homans
Homans memulai teorinya dengan ilmu ekonomi bukan dengan psikologi. Teori pertukaran Homans berasumsi bahwa seorang terlibat pada sebuah tindakan karena ganjaran atau menghindari adanya hukuman. Pertukaran perilaku untuk memperoleh ganjaran tersebut merupakan prinsip dasar dalam transaksi ekonomi. Ilmu ekonomi dapat menggambarkan hubungan pertukaran dan sosiologi dapat menggambarkan adanya struktur-struktur sosial diamana pertukaran tersebut terjadi. Melalui ilmu ekonomi Homans mengkaji perilaku individu dalam meraih nilai melalu tindakannya, hal ini juga didukung dari adanya teori psikologi milik Skinner (Behavioralisme).  Seperti halnya binatang yang mencoba mencari ganjaran serta menghindari adanya hukuman, manusia pun mencobanya dengan memperbesar keuntungan dan memperkecil biaya yang dikeluarkan. Menurut Homans, dilihat dari sisi fungsional bukan hanya status yang berasal dari fungsi sosialnya melainkan karena struktur yang demikian itu terdiri dari individu-individu yang terlibat dalam proses pertukaran barang yang berwujud materi maupun non-materi (Homans, 1958: 579-606).
Pertukaran sosial yang terjadi antar individu tidak berjalan statis, karena tidak selamanya individu mendapatkan keuntungan dari proses pertukaran sosial itu. Oleh karena itu, bagi Homans dalam teori pertukaran sosial perlu dilakukan proposisi-proposisi. Menurut Homans proposisi - proposisi yang dapat menjelaskan teori pertukaran sosial secara utuh, diantaranya, proposisi sukses, proposisi stimulus, proposisi nilai, proposisi kelebihan dan kekurangan, proposisi agresi – pujian, dan proposisi rasionalitas.
Pernyataan pertama proposisi sukses,  “Dalam setiap tindakan, semakin sering suatu tindakan tertentu memperoleh ganjaran, maka kian kerap ia akan melakukan tindakan itu (Homans, dalam Poloma: 61). Sebaliknya, semakin sering tindakan seseorang itu gagal atau tidak mendapatkan penghargaan maka tindakan itu tidak akan diulangi lagi olehnya. Proposisi sukses ini dapat disimpulkan bahwa ketika seorang individu memperoleh ganjaran dari tindakan yang ia lakukan maka suatu ketika ia akan melakukan tindakan itu lagi bahkan ia akan sering melakukan tindakan tersebut dengan harapan ia dapat menerima ganjaran yang serupa dengan apa yang telah ia dapatkan sebelumnya.
Proposisi stimulus atau rangsangan menyatakan bahwa “jika di masa lalu terjadinya stimulus (rangsangan) yang khusus atau seperangkat stimuli merupakan peristiwa dimana tindakan seseorang memperoleh ganjaran, maka semakin mirip stimuli yang ada sekarang ini dengan yang lalu itu, akan semakin mungkin seseorang melakukan tindakan serupa atau yang agak sama, (Homans, dalam Poloma: 64).
Proposisi nilai, “semakin tinggi nilai suatu tindakan, maka kian senang seseorang melakukan tindakan itu” (Homans, dalam Poloma: 63). Proposisi ini berkaitan dengan tingkat atau tinggi rendahnya nilai dari sebuah tindakan. Disini Homans memperkenalkan konsep hadiah dan hukuman. Hadiah adalah tindakan dengan nilai positif, makin tinggi nilai hadiah, makin besar kemungkinan mendatangkan perilaku yang diinginkan. Sedangakan hukuman adalah hal yang diperoleh karena tingkah laku yang negatif. Dalam pengamatannya, Homans memperhatikan bahwa hukuman bukanlah merupakan cara yang efektif untuk mengubah tingkah laku seseorang. Ketika tindakan memiliki nilai yang tinggi maka seorang individu ini akan semakin senang atau menikmati apa yang dilakukannya berbeda ketika nilai dari sebuah tindakan itu rendah atau bahkan justru tidak ada nilai yang mengikutinya maka individu akan cenderung malas atau bahkan tidak melakukan tindakan itu.
Proposisi Kejenuhan (deprivasi–satiasi), “semakin sering di masa yang baru berlalu seseorang menerima suatu ganjaran tertentu, maka semakin kurang bernilai bagi orang tersebut peningkatan setiap unit ganjaran” (Homans, dalam Poloma: 63-64). Dalam proposisi kejenuhan (deprivasi–satiasi) ini menjelaskan bahwa ketika suatu tindakan yang pada awalnya bernilai semakin lama nilai tersebut akan semakin berkurang seiring dengan berjalannya waktu. Dapat dikatakan bahwa dari tindakan yang bernilai ketika tindakan itu dilakukan berulang-ulang maka setiap perulangan tersebut akan terjadi pengurangan nilai. Individu akan merasakan terjadinya pengurangan nilai dari tindakan yang ia lakukan berulang karena pengulangan itu sendiri yang menyebabkan adanya pengurangan nilai tersebut
Proposisi Persetujuan (restu) – agresi, dalam bagian ini ada dua proposisi yang berbeda. Proposisi yang pertama berbunyi “ Bila tindakan seseorang tidak memperoleh ganjaran seperti yang diharapkannya atau mendapat hukuman yang tidak diharapkannya, maka semakin besar kemungkinana bahwa dia akan menjadi marah dan melakukan tindakan yang agresif, dan tindakan agresif itu menjadi bernilai baginya.” Homans memberikan contoh bahwa jika seseorang tidak mendapatkan nasihat yang dia harapkan dari orang lain dan orang lain itu tidak mendapat pujian yang dia harapkan maka keduanya akan menjadi marah. Dalam proposisi ini berbicara tentang perilaku emosional dari individu yang timbul dari perilaku yang telah ia lakukan sebelumnya. Pada proposisi diatas dijelaskan bahwa individu akan melakukan tindakan sebagai reaksi dari adanya gajaran atau hukuman yang ia terima. Ketika individu tidak mendapatkan apa yang ia inginkan ia akan melakukan tindakan agresif demi menyalurkan rasa emosional yang ia rasakan. Tindakan atas dasar emosi tersebut bisa jadi menjadi tindakan yang paling bernilai baginya karena apa yang ia harapkan sebelumnya tidak dapat terpenuhi.
Proposisi yang kedua lebih bersifat positif “ Apabila seseorang mendapat ganjaran yang diharapkannya, khususnya ganjaran yang lebih besar dari pada yang diharapkannya, atau tidak mendapatkan hukuman yang diperhitungkannya maka ia akan menjadi senang, lebih besar ia akan melakukan hal-hal yang positif dan hasil dari tingkah laku yang demikian adalah lebih bernilai baginya”. Misalnya, apabila seseorang mendapatkan nasihat dari orang lain seperti yang diharapkannya dan orang lain itu mendapat pujian seperti yang diharapkannya maka keduanya akan menjadi senang dan besar kemungkinan yang satu menerima nasihat dan yang lainnya memberikan nasihat yang lebih bermanfaat. ketika individu mendapatkan ganjaran yang bernilai lebih dari apa yang ia harapkan individu ini akan merasa senang atau bahkan apa yang ia lakukan tersebut dapat menjadi hal yang paling berharga baginya
Proporsi rasionalitas, proposisi rasionalitas adalah “orang membandingkan jumlah imbalan yang diasosiasikan dengan setiap tindakan. Imbalan yang bernilai tinggi akan hilang nilainya jika aktor menganggap bahwa itu semua cenderung tidak akan mereka peroleh. Sedangkan imbalan yang bernilai rendah akan mengalami petambahan nilai jika semua itu dipandang sangat mungkin diperoleh. Jadi, terjadi interaksi antara nilai imbalan dengan kecenderungan diperolehnya imbalan”.
Imbalan yang paling diinginkan adalah imbalan yang sangat bernilai dan sangat mungkin dicapai. Sedangkan imbalan yang paling tidak diinginkan adalah imbalan yang paling tidak bernilai dan cenderung tidak mungkin diperoleh. (Homans dalam Ritzer, 2009:457).
Proposisi Homans yang terakhir ini menjelaskan proses aktivitas individu yang syarat dengan pragmatisme kepentingan. Dalam aktivitas individu, nilai adalah segala- galanya, nilai mendorong untuk bertindak dan juga dapat menghambat dalam bertindak, tergantung kelebihan dan kekurangan dari nilai itu bagi individu yang menjalankannya.
Homans menekankan bahwa proposisi itu saling berkaitan satu sama lain dan harus dijadikan satu perangkat dalam menganalisis perilaku individu dalam masyarakat. Proposisi – proposisi tersebut saling melengkapi dalam menjelaskan perilaku individu untuk selanjutnya dapat menjelaskan mengenai struktur sosial dalam masyarakat.
Teori pertukaran P. Blau
Peter Blau memahami struktur sosial berdasarkan analisis proses sosial yang mempengaruhi hubungan antar individu dan kelompok. Blau memusatka perhatianya padaproses pertukaran yang menurutnya mengatur kebanyakan prilaku manusiqa dan melandasi hubungan antar individu mapupun antarkelompok.  Empat langkah berurutan dari pertukaran pribadi  ke struktur social hingga perubahan social.
 1. Pertukaran atau transaksi antar individu yang meningkat  ke..
2. Differensiasi status dan kekuasaan yang mengarah ke...
3. legiitimasi dan pengorganisasian yang menyebarkan bibit dari..
4. oposisi dan perubahan..
Mikro ke makro. Di tingkatindividual blau dan hobmas tertarik pada proses yang sama
Proses pertukaran Sosial antar individu (dan antara individu dan kelompok) Blau dalam digambarkan dalam penjelasan berikut:
Konsep Blau mengenai pertukaran sosial terbatas kepada tingkah laku yang menghasilkan ganjaran atau imbalan, yang artinya tingkah laku akan berhenti bila pelaku tersebut berasumsi bahwa dia tidak akan mendapat imbalan lagi. Blau menyatakan bahwa terjadi tarik menarik yang mendasar antara pelaku-pelaku sosial tersebut yang menyebabkan terjadinya teori pertukaran sosial, dan dia menggunakan paradigma yang terdapat dalam karya Homans untuk menjelaskan mengenai ketimpangan kekuasaan. Ketimpangan kekuasaan terjadi karena ketidakseimbangan ganjaran yang diberikan antara pihak satu dengan pihak lain. Blau mengatakan bahwa ‘sementara yang lain dapat diganjar dengan cara yang memadai melalui pengungkapan kepuasan telah menolongnya, maka pihak yang ditolong itu tidak harus memaksa dirinya dan menghabiskan waktunya untuk membahas pertolongan dari penolongnya’



TEORI PILIHAN RASIONAL James Coleman
 Menurut Coleman, sosiologi seharusnya memusatkan perhatian pada sistem sosial. Akan tetapi, fenomena makro (sistem sosial) harus dijelaskan oleh faktor internalnya sendiri, khususnya faktor individualnya. Coleman lebih tertarik mengkaji individual, salah satu alasannya adalah bahwa data suatu sistem sosial biasanya dihasilkan dari data individual yang dikumpulkan dan disusun. Alasan lain adalah karena “intervensi” dilakukan untuk menciptakan perubahan sosial. Inti perspektif Coleman adalah gagasan bahwa teori sosial tak hanya merupakan latihan akademis, tetapi harus dapat mempengaruhi kehidupan sosial melalui “intervensi” tersebut.
Teori pilihan rasional Coleman tampak jelas dalam gagasan dasarnya bahwa “tindakan perseorangan mengarah pada suatu tujuan dan tujuan itu (dan juga tindakan itu) ditentukan oleh nilai atau pilihan (preferensi)” (1990:13). Tetapi, Coleman selanjutnya menyatakan bahwa untuk maksud yang sangat teoritis, ia memerlukan konsep yang yang lebih tepat mengenai aktor rasional yang berasal dari ilmu ekonomi yang melihat aktor memilih tindakan yang dapat memaksimalkan kegunaan atau yang memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka.
Ada dua unsur utama dalam teori Coleman, yakni aktor dan sumber daya. Sumber daya adalah sesuatu yang menarik perhatian dan yang dapat dikontrol oleh aktor. Coleman menjelaskan interaksi antara aktor dan sumber daya secara rinci menuju ke tingkat sistem sosial, bahwa basis minimal untuk sistem sosial adalah dua orang aktor, masing-masing mengendalikan sumber daya yang menarik perhatian pihak lain. Dalam hal tersebut terjadi saling ketergantungan (saling membutuhkan), saling ketergantungan tersebut meliputi seluruh sistem sosial. Setiap individu bertujuan memaksimalkan perwujudan kepentingannya, ini memberi ciri saling tergantung atau cirri sistemik tindakan mereka.
Coleman mengakui bahwa dalam kehidupan nyata orang tak selalu berperilaku rasional, tetapi ia merasa bahwa hal ini hampir tak berpengaruh pada teorinya. Ia berasumsi bahwa ramalan teoritis yang ia buat adalah untuk melihat apakah aktor bertindak tepat menurut rasionalitas atau menyimpang dari cara-cara yang diamati (menyimpang dari rasionalitas).
Pemusatan perhatiannya pada tindakan rasional individu dilanjutkannya dengan memusatkan perhatian pada masalah hubungan makro-mikro atau bagaimana cara gabungan tindakan individual menimbulkan perilaku sistem sosial. Secara inti ia memusatkan perhatian pada aspek hubungan makro-mikro atau dampak tindakan individual terhadap tindakan individu lain. Salah satu kunci gerakan dari mikro ke makro adalah mengakui wewenang dan hak yang dimiliki oleh seorang individu terhadap individu lain.

C.     KELEMAHAN DAN KEKURANGAN
            Salah satu kelemahan dari teori ini adalah bahwa ia melihat interaksi manusia hanya sebagai proses rasional, dengan fokus pada formula ekonomi. Para kritikus berpendapat bahwa karena Pertukaran Sosial berfokus pada hadiah untuk biaya keseimbangan itu tidak menjelaskan alasan lain di balik bursa tertentu. Beberapa juga tantangan apakah manusia benar-benar mengambil waktu untuk berpikir tentang imbalan dan biaya saat memiliki dan pertukaran atau membentuk hubungan (Turner & West, 2007).
D.    RELEVANSI TEORI DENGAN KEHIDUPAN SEKARANG
            Teori  pilihan rasional dapat menganalisis perilaku kolektif, meskipun sifat perilaku kolektif tak stabil dan kacau. Teori pilihan rasional dapat menjelaskan penyebab adanya perilaku kolektif yang liar dari seorang atau beberapa aktor terhadap aktor lain. Menurut teori pilihan rasional, adanya perilaku yang demikian dikarenakan mereka berupaya memaksimalkan kepentingan mereka.  Adanya upaya memaksimalkan kepentingan individual tersebut menyebabkan keseimbangan kontrol antara beberapa aktor dan menghasilkan keseimbangan dalam masyarakat. Namun, dalam perilaku kolektif, adanya upaya memaksimalkan kepentingan individu tak selalu menyebabkan keseimbangan sistem.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar