POLA ASUH ANAK PADA
MASYARAKAT BANTARAN KALI CODE
1.
Deskripsi Lokasi Penelitian
a. Gambaran Umum Masyarakat Yogayakarta
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi
terkecil kedua setelah Provinsi DKI Jakarta dan terletak di tengah Pulau Jawa,
dikelilingi oleh Provinsi Jawa Tengah dan termasuk zona tengah bagian selatan
dari formasi geologi Pulau Jawa. Di sebelah selatan terdapat garis pantai
sepanjang 110 km berbatasan dengan Samudera Indonesia, di sebelah utara
menjulang Gunung Merapi (± 2.968 m ), salah satu dari gunung yang paling aktif
di dunia. Luas keseluruhan Provinsi DIY adalah 3.185,80 km2 atau kurang lebih
0,15% luas daratan Indonesia. Di sebelah barat mengalir Sungai Progo, yang berawal
dari Jawa Tengah, dan Sungai Opak di sebelah timur yang berawal dari Gunung Merapi
yang bermuara di laut selatan.
Yogyakarta sebagai salah
satu kota yang mengusung tema kehidupan masyarakat yang berbudaya seharusnya di
dorong juga dengan kondisi masyarakat yang mengedepankan nilai dan norma dalam
masyarakat yang menciptakan masyarakat yang berbudaya. Budaya tidak hanya di peroleh
dari garis tradisi yang berbentuk kesenian atau simbol-simbol suatu peradaban
tertentu saja melainkan juga melalui tindakan sosial masyarakat. Tindakan sosial
merupakan suatu bagian dari sebuah budaya, sebuah peradaban yang memili
kebudayaan yang baik biasanya di ikuti dengan tindakan sosial dan aturan norma
yang baik di dalam masyarakatnya. Kehidupan masyarakat di kota Yogayakarta di
warnai dengan banyak dinamitas kehidupan, globalisasi mempengarungi perubahan
warna ini. Jika dahulu di kota yogyakarta tata cara pergaulan yang di lakukan
sangat kental sekali dengan tata cara aturan jawa yang sangat mengusung sopan
santun maka sekarang ini aturan itu perlaham mulai luntur terutama di
masyarakat pinggiran dan masyarakat yang berda di dalam garis ekonomi ke bawah.
b. Gambaran Umum Masyarakat Bantaran Kali
Code
Bantaran
Kali Code Merupakan Kawasan pemukiman padat penduduk yang berada di sepanjang
sungai yang membelah kota Yogyakarta. Penduduk yang bermukim di sekitar
Bantaran Kali Code merupakan penduduk yang di dominasi dari golongan ekonomi
menengah ke bawah. Pada awalnya masyarakat yang berada di Bantaran Kali Code
hidup dengan aturan dan juga struktur yang tidak teratur atau bahkan hampir
mengarah pada anomie. Sampai pada akhirnya seornag tokoh bernama Romo Mangun
datang dan mencoba untuk mengubah itu semua, sekarang ini masyarakat Bantaran
Kali Code menjadi lebih teratur dan terstruktur terutama dalam segi pembagunan
pemukiman dan organisasi kemasyarakatan. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat
di Bantaran Kali Code terutama masyarakat yang bertempat tinggal di pinggiran kali code banyak yang
menggunakan bahasa sehari-hari berupa bahasa yang tersekesan “Saru” hal itu
tidak hanya di lakukan oleh orang dewasa saja namun melainkan juga anak-anak
yang dapat berakibat pada perkembangan
diri dan proses sosialisasi si anak tersebut kedepannya.
2.Deskripsi Data Hasil Penelitian
a. Pola
Sosialisasi Primer dan Sekunder Masyarakat Bantaran Kali Code
Pola
sosialisasi Primer dalam masyarakat Bantaran Kali Code di lakukan di dalam
keluarga sedangkan pola sosialisasi sekunder terjadi di dalam teman
sepermainan. Pola sosialisasi yang terjadi di dalam masyarakat akan menentukan
penerimaan masyarakat kedepannya terutama lingkungan tempat tinggalnya. Secara
umum masyarakat luas melihat masyarakat di sekitar Bantaran Kali Code sebagai
sebuah masyarakat dengan kebiasaan berbicara dengan mengumpat. Namun secara
khusus, hal ini di bantah oleh orang tua di yang bermukim di sekitar Bantaran
Kali Code yang menganggap pola asuh yang di terapkan dan semua yang di ajarkan pada si anak telah sesuai
dengan norma yang ada di dalam masyarakat pada umumnya dengan pengajaran yang
baik.
b. Faktor Pendorong Kepribadian Anak
faktro-faktor
yang menjadi pendorong dalam pembentukan kepribdaian anak yaitu dapat berupa :
·
Teman
sebaya
·
Pola
pikir yang telah di tanamkan pada anak
·
Pola
asuh orang Tua
- Pembahasan
Keluarga merupakan sebuah sarana primer
bagi anak untuk mengenal dunia dan juga lingkungannya. Pendidikan yang di berikan oleh keluarga merupakan bekal
untuk si anak dalam berinteraksi dan bersoalisasi untuk dapat di terima di
dalam masyarakat. Dalam setiap keluarga pendidikan atau yang lebih sering di
kaitkan sebagai pola asuh sangatlah beragam. Pola asuh ini sangat berhubungan dengan
proses sosialisasi si anak kedepannya.
Proses sosialisasi primer pada
masyarakat Bantaran Kali Code sama seperti pada masyarakat umumnya dimana orang
tua berupaya untuk mengajarkan hal yang baik pada anak dan melarang hal yang
buruk. Dalam hubungannya dengan pengunaan bahasa sehari-hari orang tua juga
sangat menjunjung pengunaan bahasa secara secara baik dan benar atau istilahnya
bahasa sopan santun. Hubungan yang tejalin antara anak dan juga orang tua juga
dapat di katakan baik dimana ada komunikasi yang terjalin walaupun menurut
responden ada beberapa masalah yang di hadapi oleh si anak yang tidak di
ceritakan kepada orang tuanya.
Sebagai sebuah keluarga yang menjadi
salah satu ageng dalam proses sosialisasi, keluarga di daerah Bantaran Kali
Code juga menerapkan norma-norma atau aturan yang menjadi acuan bagi si anak
dan juga harus di patuhi, apabila norma tersebut di langgar maka orang tua
sebagai kepala keluarga akan memberikan sanksi-sanksi tertentu pada si anak
dengan harapan bahwa si anak akan memperoleh
ganjaran atas perbuatannya. Dalam eratannya dengan hubungan antara orang tua
dan juga anak, aturan di rasa terlalu ketat atau tindakan dan keputusan orang
tua yang tidak di suakai oleh si aanak dapat berakibat dengan adanya keretakan
dalam hubungan diantara keduanya yang dapat berujung pada adanya konflik.
Bentuk dari konflik tersebut terkadang menimbulkan tindakan yang bersifat
menentang, seperti halnya pergi dari rumah ketika ada permasalahan dengan orang
tua.
Anak
sebagaimana yang di utarakan oleh George Hebert Mead mengalami 4 tahap dalam
proses sosialisasi yaitu Preparatory Stage, Play Stage, Game stage, dan
Significant Other. Dalam proses pertumbuhannya anak banyak terlibat dalam
kegiatan dalam lingkungannya terutama dalam lingkungan sepermainannya. Dengan
kata lain berarti anak ,engalami tahapan Game Stage dimana di dalam tahapan ini
si anak belajar lebih terhadap masyaraktnya untuk dapat di terima. Pola Asuh
sekunder pada anak yang dapat mempengaruhi kepribadiannya dapat berasal dari
teman sepermainan, anak-anak di sekitar Bantaran Kali Code sama seperti
anak-anak pada umumnya yang suka bermain, meskipun mereka masih mendapat
perhatian dan juga pengawasan dari orang tuanya faktor sekunder lebih banyak
mempengaruhi pengembangan diri dan juga karakter anak ketimbang faktor primer.
Hal ini di sebabkan karna si anak lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan
sekundernya yang berasal dari teman sepermainan baik itu di lingkungan rumah
maupun dilingkungan sekolahnya. Proses sosialisasi sekunder di kawasan Bantaran
Kali Code mengakibatkan anak-anak tersebut yang karna meniru temannya banyak
yang berbicara dengan bahasa yang kotor atau istilah dalam bahasa jawa di sebut
dengan “Saru”, bagi mereka berbicara dengan cara membentak, memaki, atau
memanggil nama oranglain dengan sebutan binatang merupakan hal yang wajar
padahal di daerah lain hal ini di masukkan kedalam hal yang melanggar norma
kesusilaan dan juga kesopanan. Yang
sangat menyorot perhatian adalah, cara mereka perbicara mengumpat seperti itu
tidak hanya di lakukan di lingkungan sekitar tempat tinggal saja namum
melainkan juga di bawa ke lingkungan masayrakat yang lebih luas sehingga
menimbulkan citra bahwa masyarakat yang tinggal di sekitar Bantaran Kali Code
merupakan masyarakat yang amoral dengan perkataan yang mengumpat. Pengaruh
teman sebaya yang mendorong pola asuh keluarga dalam membentuk kepribadian
sangatlah penting, jika anak berada di lingkungan teman sebaya yang baik maka
itu akan mendorong kepribadiannya dalam memiliki attitude yang baik pula.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar