Selasa, 29 Desember 2015

Teori Sosiologi Ferdinand Tonnies



A.Teori Sosiologi Ferdinand Tonnies

 A. Biografi Ferdinand Tonnies
            Ferdinant Tonnies lahir pada tahun 1855 di Schleswig-Holstein, Jerman Timur yang berada di Tanjung Eiderstedt. Ia belajar di universitas Tubingen di Husum, ia tertarik menjadi novelis dan penyair. Tahun 1877 dia menerima gelar doktor dalam sastra klasik di Universitas Tubingen. Tonnies kemudian beralih ke filsafat, sejarah, biologi, psikologi, ekonomi, dan mulai mempelajari sosiologi. Pada tahun 1881 dia memulai karirnya  sebagai dosen swasta di Universitas Kiel mengajar filsafat, ekonomi, dan statistik.
            Dia menjadi tersangka radikalisme di sebuah bentrokan dengan administrasi Universitas Kiel tahun 1896 karena membuat massa mogok kerja. Pihak universitas menjanjikan karir yang cemerlang untuk sarjana muda. Tahun 1909 konflik eksternal telah diselesaikan dengan janji bahwa Tonnies akan mendapatkan gelar profesor penuh bidang politik ekonomi di Universitas Kiel yang dimaksudkan untuk membantu keuangan Tonnies sebagai ayah dari kelima anaknya. Pada kenyataannya Tonnies tidak disebut profesor penuh sampai tahun 1913. Ia hanya menjadi profesor tamu yang seringkali diundang di Universitas Kiel.
            Tonnies turut membangun institusi terbesar yang sangat berperan dalam sosiologi Jerman bersama Max Weber, George Simmel, dan Werner Sombart, dalam melatarbelakangi berdirinya German Sosiologycal Assocoation pada tahun 1909. Tonnies berhasil menjadi Guru besar Emiritus di Universitas Kiel, tetapi pada tahun 1933 dia dicabut dari status Guru Besar Emiritus. Ia wafat pada 9 april 1936 karena kediktoran NAZI, semasa hidupnya ia aktif menentang gerakan NAZI di Jerman dan telah menghasilkan 900 karya serta banyak menyumbang di bidang Sosiologi dan Filosofi.


B.           Pengertian Sosiologi dan Masyarakat menurut Ferdinand Tonnies
Menurut Ferdinand Tonnies masyarakat adalah karya ciptaan manusia itu sendiri seperti yang ditegaskan oleh Tonnies dalam kata pembukaan bukunya. Masyarakat bukan organisme yang dihasilkan oleh proses-proses biologis, bukan pula mekanisme yang terdiri dari bagian-bagian individual yang berdiri sendiri-sendiri, melainkan didorong oleh naluri-naluri spontan yang bersifat menentukan bagi manusia. Masyarakat adalah usaha manusia untuk memelihara relasi-relasi timbal balik yang mantap dan kemauan manusia mendasari masyarakat. Sehubungan dengan kemauan itu, Tonnies kemudian membedakan antara Zweekwille, yaitu kemauan rasional yang hendak mencapai tujuan dan Triebwille yaitu dorongan batin berupa perasaan. Distingsi ini berasal dari Wilhelm Wundu.
Zweekwille adalah apabila orang hendak mencapai suatu tujuan tertentu dan mengambil tindakan rasional ke arah itu. Suatu no nonsense mentality menuntun seorang dalam merencanakan langkah-langkah tepat untuk mencapai tujuan itu. Triebwille meliputi sejumlah langkah atau tindakan yang tidak berasal dari akal budi saja, melainkan dari watak, hati atau jiwa seseorang yang bersangkutan. Triebwille bersumber pada selera, perasaan, kecenderungan psikis, kebutuhan biotis, tradisi, atau keyakinan seseorang. Triebwille paling menonjol di kalangan petani, orang seniman, rakyat sederhana, khususnya wanita dan generasi muda. Zweekwille lebih menonjol di kalangan pedagang, ilmuan dan pejabat-pejabat serta generasi tua.
Ferdinand Tonnies terkenal dengan teorinya mengenai Gemeinschaft dan Gesellschaft sebagai dua bentuk yang menyertai perkembangan kelompok-kelompok sosial.
1.            Gemeinschaft (paguyuban)
Gemeinschaft adalah bentuk kehidupan bersama dimana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal. Dasar hubungan adalah rasa cinta dan rasa persatuan batin yang juga bersifat nyata dan organissebagaimana dapat diupamakan pada peralatan hidup tubuh manusia atau hewan. Bentuk Gemeinschaft terutama dapat dijumpai di dalam keluarga, kelompok kekerabatan, rukun tetangga, sahabat-sahabat, serikat pertukangan dalam abad pertengahan, gereja, desa, dan sebagainya.
Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi Gemeinschaft adalah bentuk hidup bersama yang lebih bersesuaian dengan triebwille. Kebersamaan dan kerjasama tidak dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan di luar, melainkan dihayati sebagai tujuan dalam dirinya.
Dalam hal ini para anggota diperstukan dan disemangati dalam perilaku sosial mereka oleh ikatan persaudaraan, simpati dan perasaan lainnya sehingga mereka terlibat secara psikis dalam suka duka hidup bersama. Dengan kata lain bahwa mereka sehati dan sejiwa.
Ferdinand Tonnies berpendapat bentuk dari semua persekutuan hidup yang dinamakan gemeinschaft itu adalah keluarga. Ada tiga soko guru yang menyokong gemeinschaft, yaitu:
·         Gemeinschaft by blood
Yaitu gemeinschaft yang mendasarkan diri pada ikatan darah atau keturunan. Contoh: kekerabatan, masyarakat-masyarakat suatu daerah yang terdapat di daerah lain. Seprti Suku Bangsa Sikep yang menetap di daerah Kudus, Blora, dan Pati.
·         Gemeinschaft of place
Yaitu gemeinschaft yang mendasarkan diri pada tempat tinggal yang saling berdekatan sehingga dimungkinkan untuk dapat saling tolong menolong. Contoh: Organisasi Himpunan Mahasiswa.
·          Gemeinschaft of mind
Yaitu gemeinschaft yang mendasarkan diri pada ideologi atau pikiran yang sama. Contoh: Anggota yang bernaung dalam sebuah partai yang sama.

2.            Gesellschaft (patembayan)
Merupakan bentuk kehidupan bersama yang merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok dan biasanya untuk jangka waktu yang pendek. Gesellschaft bersifat sebagai suatu bentuk dalam pikiran belaka, serta strukturnya bersifat mekanis sebagaimana dapat diumpamakan pada sebuah mesin. Bentuk Gesellschaft, misalnya saja, dalam organisasi perdagangan, organisasi suatu pabrik atau organisasi dalam suatu industry, organisasi seperti Badan Eksekutif Mahasiswa jika itu di lingkungan kampus.
Sedangkan menerut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi Gesellschaft merupakan tipe asosiasi  dimana relasi-relasi kebersamaan dan kebersatuan antara orang berasal dari faktor-faktor lahiriah seperti persetujuan, peraturan, undang-undang dan sebagainya. Menurut Tonnies teori Gesellschaft berhubungan dengan penjumlahan atau kumpulan orang yang dibentuk atau secara buatan. Apabila dilihat secara sepintas kumpulan itu mirip dengan Gemeinschaft yaitu sejauh para individual hidup bersama dan tinggal bersama secara damai tetapi dalam Gemeinschaft mereka pada dasarnya terus bersatu sekalipun ada faktor-faktor yang memisahkan, sedang dalam Gesellschaft pada dasarnya mereka tetap terpisah satu dari yang lain, sekalipun ada faktor-faktor yang mempersatukan. 
Tonnies  menegaskan, bahwa setiap relasi selalu mengungkapkan ketunggalan dalam  kebhinekaan, dan kebhinekan dalam ketunggalannya. Hanya dalam membuat suatu deskripsi yang umum dan abstrak, kita mempertentangkan unsur yang satu terhadap unsur yang lainnya. Misalnya, kita berkata bahwa seorang seniman mengharapkan penghargaan, sedang seorang pedagang mengharapkan keuntungan. Ini suatu pertentangan abstrak dan generalisasi. Sebab dalam kenyataan hidup kedua hal tampak dalam keadaan tercampur. Seniman juga harus mencari uang dan si pedagang sebagai manusia juga menginginkan penghargaan.  Begitu pula dengan kedua tipe masyarakat, mereka selalu berbentuk campuran. Pola interaksi yang berlaku dalam gemeinschaft dan pola yang berlaku dalam gesellschaft tidak saling menolak atau bertentangan satu sama lain. Tiap-tiap relasi mengandung dua aspek, selalu ada dua hal yang kait mengkait dan tidak mungkin dipisahkan. Namun demikian, dalam tipe gemeinschaft unsur hukum, peraturan, dan disiplin kurang diperhatikan dan sama menonjol seperti dalam gesellschaft, sedang unsur perasaan dan solidaritas, yang berasal dari penghargaan (triebwille) tidak begitu menonjol dalam gesellschaft.
Paradigma atau alasan Ferdinand Tonnies mengeluarkan teori tersebut adalah:
·            Paradigma Fakta Sosial
·            Paradigma Fenomena Sosial
·            Paradigma Tingkah Laku atau Perilaku Sosial

Tonnies adalah salah satu contoh langka penganut evolusionisme yang tak menganggap evolusi identik dengan kemajuan. Menurutnya, evolusi terjadi secara berlawanan dengan kebutuhan manusia, lebih menuju kearah memperburuk ketimbang meningkatkan kondisi kehidupan manusia. Diantara penyebab terjadi perubahan itu adalah adanya kecenderungan berfikir secara rasional, perubahan orientasi hidup, proses pandangan terhadap suatu aturan dan sistem organisasi.
Keunikan pendekatan Tonnies terlihat dari sikap kritisnya terhadap masyarakat modern (Gesellschaft), terutama nostalgianya mengenai kehidupan tipe komunitas/kelompok/asosiasi (Gemeinschaft) yang lenyap. Bagi Tonnies faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan masyarakat seperti prinsip evolusi yang ia miliki adalah adanya kecenderungan berpikir secara rasional, perubahan orientasi hidup, proses pandanagan terhadap suatu aturan dan sistem organisasi. Kedua tipe masyarakat tersebut berbentuk campuran(saling berkaitan dan tidak dapat di pisahkan dalam hidup karena tidak mungkin ada gemeinschaft tanpa ciri-ciri Gesselschaft dan sebaliknya.
Dan di bawah ini adalah pemaparan Tonnies tentang perbedaan antar Gemeinschaft dengan Gesellschaft sebagai suatu perubahan yang justru bergerak kearah memperburuk, menurut dirinya.
Ciri
Gemeinschaft (paguyuban)
Gesellschaft (patembayan)
Hubungan social
Ikatan Keluarga
Pertukaran ekonomi
Institusi khas
Keluarga
Negara dan ekonomi
Citra tentang individu
Kedirian
Orang, warga
Bentuk kekayaan
Tanah
Uang
Tipe hokum
Hukum keluarga
Hukum kontrak
Institusi social
Desa
Kota
Kontrol social
Adat dan agama
Hukum dan pendapat umum












Tentang hal ini pula secara tidak langsung menurut Tonies faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan masyarakat dimana prinsip evolusi yang ia miliki hampir sama dan senada dengan prinsip evolusi ahli lain seperti Max Weber begitu juga dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Diantara penyebab terjadi perubahan itu adalah adanya kecenderungan berfikir secara rasional, perubahan orientasi hidup, proses pandangan terhadap suatu aturan dan sistem organisasi.
Sebagai contoh kasus, adanya suatu masyarakat bernama kampung Ambon di daerah Bekasi, dimana asalnya sebuah komunitas tersebut merupakan hanya kaum urban yang datang dari Ambon dan sekitarnya untuk mencari penghasilan dengan bekerja seadanya, namun seiring dengan perubahan masa, waktu dan zaman urbanisasi yang datang dari daerah tersebut semakin banyak dan mengikuti pendahulunya yang lain untuk menempati lokasi yang sama. Sehingga saat ini terbentuklan suatu masyarakat Ambon yang datang ke Jakarta setelah sebelumnya hanya sebuah komunitas belaka.

Teori Sosiologi Saint Simon


Teori Sosiologi Saint Simon
 
A.    Sejarah Hidup Claude Henri de Saint Simon
Claude Henri de Rouvroy, Comte de Saint Simon atau lebih dikenal dengan nama Henri de Saint Simon Simon lahir pada tahun 1760 dan hidup ampai pada tahun 1825 . Ayahnya adalah putra kedua Loui-Francis de St Simon atau Marcuiest de Sundricour yang merupakan seorang tentara di bawah pimpinan Raja Louis XIV. Henri merupakan putra tertua dari sembilan bersaudara. Pendidikan Saint Simon tidak tersistematisa, dan dididik secara privat oleh para tutor pribadinya, di antaranya seorang Ensiklopedis d’ Alembert, serta mempelajari secara otodidak dari pengetahuan ensiklopedi.
Kariernya cukup aneh. Pada tahun 1777, ia menjadi seorang tentara. Selain menjadi tentara ia juga merupakan seorang pengembara karena pada tahun 1787 ia menjadi menteri di Spanyol dan pada tahun 1783 ia juga dipilih menjadi wakil pemimpin untuk negara Meksiko mengawasi daerah Atlantik dan Pasifik . Memulai karier militer pada usia 17 tahun, ia turut serta dalam perang Revolusi Amerika dan terluka dalam sebuah pertempuran di Laut Saintes tahun 1782. Meskipun kemudian menyangkal, ia secara aktif mendukung beberapa tindakan atau langkah yang diperkenalkan oleh Revolusi Perancistahun 1789. Ia pun aktif dalam kehidupan politik dibawah undang-undang , serta turut beraprtisipasi dalam negoisasi damai dengan Inggris di Lille.
Saint Simon akhirnya pensiun dari aktivitas pemerintahan dan finansial, dan memulai karier sebagai penulis yang terus digelutinya hingga akhir hidupnya. Sebelumnya, ia belajar fisika selama tiga tahun, dan pada tahun yang sama membentuk jaringan pertemanan dengan sejumlah ilmuwan-ilmuwan terkemuka, dan penulis. Selanjutnya ia sering berpergian secara intesif, khususnya ke Jerman , Inggris dan Swiss dan menghentikan perjalanan-perjalanannya pada tahun 1814, saat ia menemuan seorang kolabolator yang cakap dan bersemangat, Augustin Thierry , seorang sejarawan.
Tulisan-tulisan Saint Simon mulai diterima publik secara luas, khususnya diantara manager dan pembisnis yang mulai berpengaruh selama era Napoelonik. Daftar pelanggan dari publikasinya L’Industrie, tahun pertama terbit tahun 1816, ternasuk berbagai pelaku industri dan bankir terkemuka. Tahun berikutnya pertemananya dengan Thierry berakhir, dan dia memulai sebuah hubungan dengan Auguste Comte. Kolaborasi antara dua pribadi yang kuat dan berpengaruh ini berlangsung selama tujuh tahun, tetapi akhinya pecah karena sebuah perselisihan pada tahun 1824, setahun sebelum Saint Simon meninggal.
B.     Sumbangan Pengalaman Hidup di Amerika
Pandangan Saint Simon banyak dipengaruhi oleh pengalamannya selama hidup di Amerika. Di Amerika, Saint Simon menemukan bahwa teologi dan moral telah terlampaui, di mana ajaran agama tidak mendominasi seluruh aspek kehidupan karena semua agama mendapat kedudukan dan hak yang sama. Negara menjamin kebebasan dalam kehidupan dan menekankan perlunya toleransi dalam kehidupan. Tentu saja kebebasan itu juga meresapi seluruh aspek kehidupan termasuk dalam kehidupan ekonomi. Negara berusaha menjamin perkembangan moral positif di mana etika duniawi dan kehidupan industrial mendapatkan pendasaran secara baru yaitu tidak adanya tolerir bagi previlese kelas-kelas sosial dan eksploitasi hak-hak para buruh atau pekerja. Kedudukan negara lebih bersifat sebagai pengawas dan bukan pemegang peran sentral yang birokratnya tidak memeras kehidupan industrialisasi. Dalam masyarakat berkembang kehidupan yang bercorak liberal, demokrasi yang dilaksanakan atas dasar kerja. Maka tidak heran masyarakat lebih mementingkan perkembangan industri, jaminan kebebasan dan kepemilikan pribadi serta kebebasan publik, ketimbang hidup dalam oreintasi militeristik dan teologis agama yang cenderung dogmatis itu.
C.     Konsep Kerja dalam L’Introduction
Dalam bukunya yang berjudul L’Introduction, Saint Simon mencoba melontarkan gagasannya terkait dengan ilmu, evolusi, dan akal budi manusia, masalah etika dan politik. Gagasan yang cukup besar adalah mengenai Revolusi. Bagi Saint Simon, revolusi merupakan hasil dari fermentasi moral dan konfliklah sumber perubahan atau revolusi. Konflik ini diawali oleh perkembangan budi manusia yang kemudian sampai pada tahap krisis. Sebuah langkah terbesar yang melahirkan perubahan atau momen sejarah selalu diawali dengan konflik berdarah, dan ia menunjuk sebuah Revolusi Prancis yang menjadi contoh nyata saat itu.
Selanjutnya ia menguraikan konsep kerja. Saint Simon menegaskan bahwa kerja adalah esensi dari seluruh keutamaan. Kerja itu ia kontraskan dengan sifat paarsit atau pemalas. Kerja merupakan keharusan bagi setiap manusia, dimana lewat kerja manusia mengungkapkan kegiatan yang produktif, khususnya dalam bidang sastra atau seni , ilmiah dan teknik. Produktifitas manusia melalui kerja merupakan sebuah tindakan yang utama dalam rangka melawan tindakan manusia yang kontraproduktif, menjadi beban kehidupan, kekosongan hidup dan bahkan lebih ekstrim lagi tindak pencurian. Maka melalui rangkaian kegiatan produktif lewat kerja, kesadaran menemukan pemenuhan nilainya. Ia menegaskan bahwa eksistensi manusia tanpa kerja sebagai ungkapan kebebasan dalam industrial adalah sebuah kematian. Maka para pemalas, dan parasit harus dilenyapkan.
Selanjutnya ia mencoba menghubungkan antara industri dengan konsep kerja . Baginya , industri merupakan semua produksi kreasi sosial, tindakan menghasilkan harmonisasi alam dans ebuah idealisasi yang real. Selain itu, industri merupakan mediasi yang tepat dan memungkinkan terjadinya pemenuhan kebutuhab-kebutuhan manusia.
Gagasan Saint Simon terangkum dalam sebuah teori yang disebut sebagai “ Filsafat Teori Kerja”. Teori ini mencoba menjelaskan mengenai dunia dimana manusia mencoba melenyapkan hal yang mengasingkan dirinya dan membentuk sesuatu yang khas dalam dirinya. Semua kelas sosial dan semua hal tergantung pada industri. Dalam zaman produksi, imperatifnya adalah penciptaan teknik. Maka ia membagi kelas sosial menjadi dua kelas, dengan tolak ukur adalah kerja atau industri. Pertama , kelas produktif , yaitu para pelaku kerja atau industri ,dan kedua kelas non produktif , yang tidak menyumbang atau menghasilkan sesuatu demi terbentuknya masyarakat industri yang terdiri dari raja (kaum feodal), para pemimpin agama (hierarkhi) , dan parasit para pemalas, yaitu para birokrat pemerintahan.
D.    Demistifikasi Peran Pemerintah atau Negara
Selanjutnya, Saint Simon juga mengkritisi mengenai peran negara dalam kehidupan masyarakat industri. Bagi Saint Simon , negara merupakan kekuatan yang tidak jelas dan mengancam. Dalam praktiknya negara menjadi penguasa dan imaginasi yang dikuasai dan didengungkan secara berlebihan.
Saint Simon prihatin dengan situasi saat itu , ia melihat bahwa pemerintah atau negara seolah-olah bekerja bagi seluruh warganya padahal dalam praksis , negara tidak bekerja. Tugas negara hanyalah mngawasi jalannya gerak kerja industrialisasi dalam masyarakat, bukan malah mengontrol atau lebih parah lagi menguasai gerak industri itu. Saint Simon menegaskan bahwa yang mengarahkan secara nyata atau riil gerak produksi agar dapat berjalan dengan semestinya bukanlah para politisi , birokrasi, atau militer tetapi para pelaku dalam kelas-kelas produktif yaitu para praktisi ekonomi dan ahli teknik. Maka bagi Saint Simon sistem pemerintahan atau pengaturan negara yang tepat adalah sistem teknokrasi yaitu sistem pemerintahan yang diatur oleh para ahli atau teknisi.
Saint Simon juga mencetuskan perlunya konsep ekonomi-politik dan kebebasan kelompok. Dalam bukunya L’Organisateur, Saint Simon mengeaskan bahwa yang paling utama dalam pemerintahan atau negara bukanlah fenomena politik, tapi organisasi ekonomi. Jika peran organisasi ekonomi rasional dan memuaskan sehingga membawa kemakmuran bersama bukan individual, maka politik lambat laun akan kehilangan posisi atau kekuasaaannya. Ia terus-menerus mendengungkan keprihatinannya terhadap politik negara saat itu dengan terus mendorong terciptanya gerakan untuk mewujudkan model ekonomi politik, sehingga kebebasan kelompok tidak ditekan oleh kekerasan atau ketakutan. Untuk mewujudkannya perlu adanya usaha untuk melenyapkan institusi-institusi koersif seperti partai-partai politik dan militer. Sistem politik yang tidak berhasil mewujudkan kepentingan massa, biasanya sistem itu lalu menggunakan kekuatan-kekuatan koesif untuk bisa bertahan lewat tindakan seperti intimidasi yang menimbulkan kekerasan atau ketakutan.
Saint Simon melihat bagaimana realitas kekuasaan gereja di Prancis pada zamannya. Para pemimpin gereja bersama para kaum penguasa negara dan kaum feodal, memegang kekuasaan yang amat kuat dalam pemerintahan Prancis. Saint Simon sadar akan pentingnya moral dan masyarakat yang ideal dalam usaha mengembangkan harmoni dan rasa tujuan komunitas-komunitas humanis.
E.     Ajaran Perkembangan Sosial
Saint Simon menggunakan dua prinsip untuk menerangkan perkembangan sosial. Yang pertama yakni adanya perkembangan yang terus menerus dan meluas dari masyarakat, mulai dari kelompok masyarakat yang paling kecil sampai kepada kelompok manusia yang paling besar. Sedangkan prinsip yang kedua adalah hokum tentang kemajuan pengetahuan manusia, mulai dari kebudayaannya yang paling sederhana hingga kepada peradaban yang paling tinggi. Saint Simon beranggapan, menurut kedua prinsip inilah keberhasilan manusia untuk merubah masyarakat mulai dari keadaannya yang paling primitive sampai kepada peradaban yang paling maju. Dari keberadaban yang paling rendah sampai kepada masyarakat yang berperadaban tinggi, adalah merupakan rangkaian dari bentuk-bentuk sosiokultural manusia yang tergantung kepada kemampuannya untuk membentuk masyarakat dan kemajuan pengetahuan masyarakat itu sendiri.
Sebenarnya ada satu prinsip lagi yang dikemukakan oleh Saint Simon untuk menerangkan perkembangan sosial ini, yaitu anggapannya mengenai bentuk-bentuk kekuasaan dari masyarakat itu sendiri. Masyarakat yang primitive, demikian katanya, ditandai oleh adanya eksploitasi dari mereka yang kuat, dan kemudian terjadi pergeseran eksploitasi tersebut seiring dengan kemajuan peradaban. Dari eksploitasi manusia yang pling kuat berubah menjadi eksploitasi dalam bentuk perbudakan, dan kemudian eksploitasi dalam bentuk sistem upah, yang merupakan bentuk akhir dari system eksploitasi ini, dan yang akan mengarah kepada bentuk kerja sama.
Saint Simon juga mengatakan bahwa ada kesejajaran (paralelisme) antara perkembangan individu dengan masyarakat. Ide tentang kesejajaran antara individu dengan masyarakat ini memang menjadi demikian popular pada abad ke-18. Tetapi Saint Simon berusaha untuk menerangkan kesejajaran ini, khususnya dalam cara berfikir manusia. Cara berfikir manusia selalu didahului oleh dua cara, katanya, yaitu cara berfikir yang bersifat sintetis dan yang bersifat analitis. Dan dia mengatakan cara berfikir sedemikian itu akan menandai perkembangan masyarakat. Pada mulanya, pemikiran masyarakat lebih banyak bersifat analitis, dan oleh karena itu mereka menjadi kritis. Pada masa yang lain, pemikiran masyarakat adalah bersifat sintetis dan oleh karena itu bersifat konstruktif atau bersifat ”organis”. Simon membedakan antara apa yang disebutnya dengan masyrakat yang “organis” dan masyrakat yang “kritis” dalam sejarah perkembangan manusia. Simon mengambil contoh masyarakat dalam periode kritis adalah masa Yunani sampai kepada lahirnya Socrates, kemudian masa reformasi di Eropa pada abad pertengahan, sampai kepada terjadnya revolusi Perancis yang merupakan awal dari periode organis atau konstruktif. Semua perkembangan sisoal sedemikian ini kata Saint Simon, selalu disertai dengan kemajuan didalam ilmu pengetahuan, yang menggambarkan bagaimana sebenarnya terdapat kesejajaran (paralelisme) antara perkembangan masyarakat dengan perkembangan cara berfikir manusia.
Cara berfikir manusia pada mulanya adalah bersifat teologis atau spekulatif, tetapi kemudian berkembangan menjadi lebih mendekati kenyataan atau bersifat konkrit, dan karena itu bersifat positif dan ilmiah. Demikian juga halnya dengan perkembangan kebudayaan adalah menurut prinsip yang sama. Dan dengan perkembangan tingkat sedemikian ini Simon juga menunjukkan tingkatan perkembangan ilmu pengetahuan, yang berkembang dari tingkatannya yang bersifat abstrak sampai yang konkrit. Tingkatan pertama dari ilmu pengetahuan adalah matematika, kemudian astronomi , lalu ilmu fisika, dan disusul oleh ilmu kimia.
Saint Simont selanjutnya mengatakan bahwa bentuk pengetahuan manusia berkembang menurut tingkatan sedemikian itu, yakni mulai dari tingkatannya yang spekulatif atau teologis menuju kepada tingkatannya yang semakin konkrit, atau bersifat positif atau ilmiah. Psikologi yang merupakan ilmu tentang manusia individual demikian juga halnya menjurus dari tahap yang spekulatif ke tahap yang positif. Penerapan yang sama terjadi dilapangan ilmu politik, pendidikan, industri, etika dan agama, yang pada waktunya akan sampai kepada tingkatannya yang bersifat positif atau ilmiah. Ini berarti bahwa kira harus memandang masyarakat secara keseluruhan yang berkembanga dari tingkatan yang berdasarkan pemikiran yang spekulatif atau teologis, menuju kepada masyarakat yang diorganisir berdasarkan pemikiran yang bersifat positif atau ilmiah.
Dengan dasar pemikiran sedemikian ini, maka sebenarnya saint Simon mendahului ajarana Comte tentang hukum tiga tingkatan. Saint Simon seperti halnya juga Comte menempatkan ajaran ini sebagai hukum tentang perkembangan sosial.
Demikianlah filsafat sosiologi yang dikembangkan oleh Saint Simon. Pemikirannya berdasarkan tahap-tahap pemikiran manusia sebenarnya diambil oper dari apa yang telah disebutkan oleh Turgot sebelumnya. Dan pemikiran tentang tiga tingkatan perkembangan pemikiran manusia yang dikembangkan oleh Saint Simon dari Turgot ini pula yang dikembangkan oleh Auguste Comte, yang pada mas itu Saint Simon menjadi murid sekaligus sekretarisnya.
F.      Kekristenan Baru
Saint Simon juga jeli melihat bagaimana realitas kekuasaan gereja di Perancis pada jamannya. Para pemimpin gereja bersama para kaum penguasa negara dan kaum feodal, memegang kekuasaan yang amat kuat dalam pemerintahan Perancis. Saint Simon sadar akan pentingnya moral dan masyarakat yang ideal dalam usaha mengembangkan harmoni dan rasa tujuan komunitas-komunitas humanis.
Selama abad Pertengahan agama Kristen telah menunjukkan sepak terjang dan pengaruhnya, dan dia berpikir bahwa sebenarnya ada sebuah sistem kepercayaan-kepercayaan yang sebanding dengan Kekristenan, yang diadaptasi dari pengetahuan kontemporer, dalam masyarakat modern yang dapat berjalan. Awalnya, ia mencoba mengarahkan penciptaan sistem seperti itu berdasarkan filsafat, namun belakangan pada masa akhir hidupnya, ia mengusulkan untuk kembali pada prinsip fundamental dari ajaran Kristiani. Meski demikian ia memaknai prinsip dasar ajaran Kristiani itu secara baru. Kekristenan pertama-tama bukan sebagai melulu dogmatis, namun menjadikan sebagai proyek jiwa dalam pembentukan suatu sistem industri yang didirikan atas dasar cinta kasih. Selama ini agama kristiani gagal melaksanakan perintah injili sehingga mengalami dekadensi.
Tujuan utama kekristenan dalam sistem industri seharusnya adalah perbaikan nasib kelas proletar, yang selama ini tersisih oleh kaum klerus, yang bekerjasama dengan birokrat, borjuis-feodal. Kekristenan baru merupakan penjelmaan ajaran persaudaraan yang sejati dan kebahagiaan masa kini bukan masa depan. Maka tugas gereja adalah ikut serta menghasilkan kesejahteraan umat secara konkret dalam perbaikan hidup manusia yang tercapai lewat kerja. Untuk itu, Kekristenan yang baru harus bekerjasama dengan kelas produktif yang didasarkan pada pengetahuan suci: seni, ilmu, dan industri sebagai trasnposisi Injil.
G.    Pengaruh pemikiran Saint Simon
Selama hidupnya, pandangan-pandangan Saint Simon berpengaruh amat kecil; ia hanya meninggalkan beberapa murid yang melanjutkan kerangka pemikirannya. Murid yang paling penting adalah Olinde Rodrigues, murid kesayangan Saint Simon, dan Barthelemy Prosper Enfrantin, di mana keduanya menerima pengajaran-pengajaran terakhir Saint Simon. Langkah pertama mereka adalah menerbitkan sebuah jurnal, berjudul Le Producteur, tetapi tidak berlanjut pada tahun 1826. Kelompok pendukung gagasan Saint Simon mulai berkembang, dan sebelum akhir tahun 1828, telah mengadakan pertemuan-pertemuan tidak hanya di Paris tetapi di banyak ibu kota propinsi di Perancis.
Beberapa laporan yang memadai menilai adanya pengaruh yang kuat pada sekretaris-sekretarisnya yang terkenal yaitu August Comte dan Augustin Thierry, dan beberapa anggapan pengaruh pada serangkaian para teroritikus sosial politik yaitu John Stuart Mill dan Karl Marx, para penulis yaitu Heinrich Heine dan George Sand, dan para pemusik Franz List dan Hector Berlioz.