Selasa, 29 Desember 2015

TEORI SOSIOLOGI KLASIK GEORG SIMMEL


TEORI SOSIOLOGI KLASIK  GEORG SIMMEL

A.    Biografi Georg Simmel
Georg Simmel lahir di pusat kota Berlin pada tanggal 1 Maret 1858. Ia belajar berbagai bidang studi di Universitas Berlin. Namun upaya pertamanya untuk menulis disertasi ditolak, kendati demikian Simmel bersikukuh dan memperoleh gelar doktornya dalam bidang filsafat pada tahun 1881. Pada tahun 1885-1900 ia bekerja sebagai pengajar di universitas Berlin tempat ia belajar dulu, meskipun ia menduduki posisi yang tidak penting yaitu sebagai privatdozent yang tidak digaji negara melainkan mendapat bayaran dari mahasiswa’nya. Kendati berada pada posisi pinggir Simmel agak sukses menjalani kariernya, terutama karena ia adalah seorang pemberi kuliah yang begitu cemerlang dan menarik perhatian mahasiswa. Gayanya begitu populer sehingga anggota masyarakat yang berpendidikan sekalipun tertarik mengikuti kuliahnya, yang kemudian menjadi acara publik.
Simmel menulis begitu banyak artikel, salah satu yang terkenal adalah The Metropolis and Mental Life  juga The Philosophy of Money. Ia terkenal di kalangan akademisi Jerman dan bahkan memiliki pengikut internasional, khususnya di Amerika Serikat, tempat karyanya memiliki arti penting bagi kelahiran sosiologi. Akhirnya tahun 1900 Simmel mendapat pengakuan penuh, satu gelar terhormat di Universitas Berlin, yang tidak memberikannya status akademis penuh.Simmel mencoba meraih beberapa posisi akademis, namun ai gagal kendati memperoleh dukungan dari ilmuwan semacam Max Weber.
Salah satu alasan bagi kegagalan Simmel adalah karena ia seorang Yahudi yang hidup di Jerman abad ke-19 yang sarat dengan anti Semitisme. Alasan lain adalah jenis karyanya yang ditulisnya. Banyak artikelnya yang terbit di surat kabar dan majalah, semua itu ditulis untuk audien yang lebih umum daripada untuk sosiolog akademis. Selain itu karena tidak memiliki jabatan akademik reguler, ia terpaksa mendapatkan penghasilan dengan kuliah umum. Audien Simmel, baik tulisan atau kuliah-kuliahnya adalah khalayak intelektual ketimbang sosiolog profesional, dan hal ini cenderung membawanya pada penilaian bernada ejekan dari rekan-rekan seprofesinya.
Akhirnya pada tahun 1914 Simmel memperoleh pekerjaan akademik reguler di satu Universitas kecil di Strasbourg namun sekali lagi ia merasa terkucil. Di satu sisi ia menyesal meninggalkan audiennya di kalangan intelektual Berlin sementara di sisi lain Simmel tidak merasa sebagai bagian dari kehidupan di universitas barunya. Bahkan ia dan istrinya pernah menulis surat pada istri Max Weber  untuk menceritakan kehidupan sedihnya setelah mereka meninggalkan Berlin.
Perang Dunia I meletus beberapa waktu setelah kerja Simmel di Strasbourg, ruang-ruang kuliah berubah menjadi rumah sakit tentara dan para mahasiswa pergi berperang. Jadi Simmel tetap menjadi sosok marginal di kalangan akademisi Jerman sampai dengan ia wafat tahun 1918. Ia memang tidak pernah menapaki karier akademis. Namun Simmel menarik banyak pengikut akademik pada masa ini, dan ketenarannya sebagai ilmuwan memang tumbuh pesat setelah beberapa tahun berselang.
B.      Pokok Perhatian
1.      Level dan Wilayah Perhatian
Simmel memiliki teori realitas social yang jauh lebih rumit dan maju daripada penilaian yang umumnya diberikan kepadanya di dalam sosiologi Amerika kontemporer. Tom Bottomore dan David Frisby (1978) menyatakan ada empat level dasar perhatian dalam karya Simmel. Pertama, asumsi mikro tentang komponen-komponen psikologi kehidupan social.Kedua, pada skala yang lebih luas, minatnya pada komponen-komponen sosiologi dalam hubungan antar pribadi.Ketiga, yang paling makro, karyanya tentang struktur, dan perubahan dalam “semangat” social dan budaya pada zamannya.Yang melampaui ketiga lapis tersebut adalah lapis keempat yang melibatkan prinsip tertinggi metafisika kehidupan. Kebenaran abadi ini mempengaruhi semua karya Simmel dan seperti akan kita ketahui, membawa pada gambaran tentang arah masa depan dunia.
2.      Pemikiran Dialektis
Pendekatan dialektis memiliki berbagai sebab dan arah, mengintegrasikan fakta dengan nilai, menolak gagasan tentang adanya garis pemisah yang tegas dan jelas antar fenomena social, terfokus pada relasi social (B. Turner, 1986), tidak hanya melihat ke masa kini maupun juga ke masa lalau, maupun masa depan, dan lebih menitikberatkan konflik dan kontradiksi.
Ditengah-tengah kemiripan Marx dan Simmel dalam penggunaan pendekatan dialektis, ada beberapa perbedaan penting antara keduanya. Yang terpenting adalah fakta bahwa masing-masing memfokuskan perhatian pada aspek dunia social yang sangat berbeda dan menawarkan gambaran yang sangat berbeda dengan masa depan dunia. Simmel mewujudkan komitmennya terhadap dialektika dengan berbagai cara. Ini dikarenakan sosiologi Simmel selalu memusatkan perhtiannya terhadap relasi, khususnya pada interaksi (asosiasi).
pemikiran dialektis Simmel dari kesalingketerkaitan tiga level realitas sosial mengigatkan kita pada sosiolog mark yang juga membahas dialektika. Dialektika itu sendiri merupakan pemahaman suatu bentuk logika bahwa benda, masyarakat, dll tidak diam, memiliki sebab dan arah, menyatukan fakta dan nilai.
yaitu suatu pemikiran dimana individu memiliki hubungan yang bersifat dualistis. Di satu pihak dia merupakan anggota masyarakat dan disosialisasikan di dalam masyarakat tersebut, tetapi pada waktu yang sama dia juga menetang masyarakat itu sendiri. Pemikiran Dialektik merupakan salah satu teori Simmel yang paling terkenal.
 Tiga wilayah masalah dalam sosiologi menurut Simmel yaitu :
a.       Sosiologi murni, tentang vriabel-variabel sosialisasi dan interaksi
b.      Sosiologi umum yang membahas produk sosial dan cultural
c.       Sosiologi filsafat

C.    Kesadaran Individu
Pada level individu, Simmel memusatkan perhatiannya pada bentuk asosiasi dan tidak terlalu memerhatikan masalah kesadaran individu yang memang jarang dibahas karyanya.Sudah barang tentu Simmel berfikiran bahwa manusia memiliki kesadran kreatif. Seperti dikatakan Frisby, bagi Simmel basis kehidupan social adalah “individu atau kelompok individu yang sadar dan berinteraksi satu sama lain untuk beragam motif, tujuan, dan kepentingan” (1984:61). Minatnya terhadap kreativitas tampak dalam diskusi Simmel tentang beragam bentuk interaksi, kemampuan actor untuk menciptakan struktur social, maupun efek merusak dari struktur-struktur tersebut terhadap kreativitas individu.
Pembicaraan Simmel tentang bentuk interaksi menunjukkan bahwa actor mengorientasikan diri secara sadar kepada sesamanya. Simmel juga menyadari adanya kesadaran individu dan fakta bahwa normaserta nilai masyarakat terinternalisasi dalam kesadaran individu. Eksistensi norma dan nilai secara internal dan eksternal.
D.    Interaksi Sosial
Georg Simmel terkenal dalam sosiologi kontemporer karena sumbangannya bagi pemahaman kita tentang pola atau bentuk interaksi social.Dalam hal ini kita berbicara tentang proses mikro-molukuler dalam,katakanlah materi manusia. Proses-proses ini adalah kejadian actual yang terikat atau terhipostatiskan ke dalam sistem dan unit yang bersifat makrokosmik dan padat. (Simmel,1908/1959b: 327-328) Simmel menjelaskan bahwa salah satu minat utamanya adalah interaksi (asosiasi) antar actor sadar dan tujuan minatnya ini adalah melihat besarnya cakupan interaksi yang pada suatu ketika mungkin terlihat sepele namun pada saat lain sangat penting. Ini buknannya kelanjutan minat Durkheim tentang fakta sosial ,namun lebih merupakan pernyataan tentang fokus sosiologi yang skalanya lebih kecil.
         Interaksi : Bentuk dan Tipe
Pokok perhatian utama Simmel bukanlah isi melainkan bentuk interaksi sosial.perhatian ini muncul dari keidentikan Simmel dengan tradisi Kantian dalam filsafat,yang memisahkan bentuk dan isi. Namun pandangan Simmel cukup sederhana. Dari sudut pandang Simmel, dunia nyata tersusun dari peristiwa,tindakan,interaksi, dan lain sebasginya yang tak terhingga. Menurut pandangan Simmel,tugas sosiolog adalah melakukan hal yang sama persis dengan apa yang dilakukan orang awam,yaitu menerapkan bentuk yang jumlahnya terbatas kepada realitassosial,khususnya pada interaksi,sehingga dapat di analisis secara lebih baik. Metodologi secara umum meliputi ekstrasi kesamaan yang ditemukan pada luasnya bentangan interaksi spesifik.
Namun,ada beberapa cara untuk membela pendekatan Simmel terhadap sosiologi formal. Pertama,pendekatan ini dekat dengan realitas ,seperti tercermin dari begitu banyak contoh dari dunia nyata yang digunakan Simmel. Kedua, pendekatan ini tidak menerapkan kategoro sewenang-wenang dan kaku terhadap realitas sosial namun justru mencoba membiarkan bentuk-bentuk tersebut mengalir dari realitas sosial.Ketiga,pendekatan Simmel tidak menggunakan skema teoritis umum tempat dipaksanya seluruh aspek dunia sosial. Selanjutnya ia menghindari reifikasi skema teoritis yang menjangkiti teoritisi seperti Tallcot Parsons. Akhirnya,sosiologi formal berlawanan dengan empirisme yang dikonseptualisasikan secara buruk yang merupakan cirri dari sebagian besar sosiolog. Simmel benar-benar menggunakan “data” empiris,namun data-datga tersebut ditempatkan di bawah upayanya untuk menerapkan beberapa aturan tentang rumitnya dunia realitas sosial.

         Geometri Sosial.
Dalam sosiologi formal Simmel,kita dapat melihat jelas upayanya mengembangkan “geometri” relasi sosial. dua dari koefisien geometri yang menarik perhatiannya adalah jumlah dan jarak (lainnya adalah posisi, kesenyawaan, keterlibatan-diri,dan simetri.
         Jumlah
Minat Simmel pada dampak jumlah orang terhadap kualitas interaksi dapat dilihat dalam bahasanya tentang perbedaan antara dyad dan triad. Bagi Simmel (1950),terdapat perbedaan krusial antara dyad (kelompok yang terdiri dari dua orang) dengan triad (kelompok yang terdiri dari tiga orang). Tidak ada struktur kelompok independen dalam dyad ; kelompok tidak lain hanya terdiri dari dua individu yang dapat di pisahkan. Jadi, masing-masing anggotadyad mempertahankan tingginya level individualitas.Individu tidak direndahkan pada level kelompok.Ini tidak terjadi pada triad.Triad memiliki kemungkinan besar memperoleh makna di luar individu yang terlibat.Tampaknya triad lebih lebih sekadar individu yang terlibat di dalamnya.Triad berpotensi melahirkan struktur kelompok independen.Akibatnya, terjadi ancaman yang lebih besar bagi individualitas anggotanya.Gerakan dari dyad menuju triadadalah sesuatu yang esensial bagi berkembangnya struktur sosial yang dapat dipisahkan dari dominan terhadap individu .
         Ukuran kelompok
Pada level yang lebih umum, terdapat sikap simmel yang mendua (1908/1971) terhadap dampak ukuran kelompok. Di satu sisi, ia berpendapat bahwa meningkatnya ukuran kelompok atau masyarakat kecil cenderung mengontrol kebebasan individu. Namun, pada masyarakat yang lebih luas, individu cenderung terlibat dalam sebuah kelompok, yang masing-masing hanya mengontrol sebagian kecil dari keseluruhan kepribadian. Dengan kata lain, “individualitas dalam kehadiran dan tindakannya secara umum meningkatkan derajat sehingga lingkaran sosial yang melingkupi individu dapat meluas” (simmel, 1908/1971a: 252). 
         Jarak
Dalam buku the philosophy of money (1907/1978), simmel memaparkan sebuah prinsip umum nilai –apa saja yang membuat suatu benda jadi berharga- yang menjadi dasar analisisnya tentang uang. Poin dasarnya ialah bahwa nilai sesuatu ditentukan oleh jaraknya dari aktor. Sebuah barang tidak akan ada nilainya jika terlalu dekat dan terlalu mudah diraih atau, sebaliknya, terlalu jauh dan terlalu sulit diperoleh. Objek yang memang mungkin dapat diraih, namun hanya dengan upaya sungguh-sungguh, adalah yang paling berharga.
         Tipe sosial
Kita telah mengulas salah satu tipe simmel, yaitu orang asing; tipe lainnya adalah si pelit, pemboros, pengelana, dan bangsawan. Untuk mengilustrasikan apa yang dimaksud simmel di wilayah ini, kita akan membahas salah satu tipe yang dijelaskannya, yaitu orang miskin.
         Orang miskin
Sebagaimana ciri khas karya simmel, orang miskin juga didefinisikanmenurut relasi sosial, orang yang dibantu oleh orang lain atau paling tidak berhak untuk mendapatkan bantuan tersebut.Dalam hal ini simmel jelas tidak berpandangan bahwa kemiskinan didefinisikan oleh ada atau tidakna sejumlah uang di tangan.
Simmel juga memiliki pandangan relativistik tentang kemiskinan yaitu, orang miskin bukan sekedar mereka yang berada di lapis terbawah masyarakat.Dari sudut pandang ini, kemiskinan ditemukan pada seluruh strata masyarakat.Konsep ini mempengaruhi konsep sosiologi ang kemudian tumbuh, yaitu keterbelakangan relatif.Jika orang yang merupakan anggota kelas atas lebih miskin dari sesamanya, mereka cenderung merasa miskin bila dibandingkan dengan mereka.


         Bentuk Sosial
Sebagaimana dengan tipe sosial, Simmel melihat luasnya cakupan bentuk sosial, termasuk pertukaran, konflik, prostitusi dan sosiabilitas. Kita dapat  melukiskan pendapat Simmel (1908/1971d) tentang bentuk sosial melalui diskusinya tentang dominasi, yaitu, superordinasi dan subordinasi.
         Superordinasi dan Subordinasi
Superordinasi dan subordinasi memiliki hubungan timbal balik. Pemimpin tidak ingin sepenuhnya mengarahkan pikiran dan tindakan orang lain. Justru pemimpin berharap pihak yang tersubordinasi beraksi secara positif atau negatif.Tidak satu pun bentuk interaksi ini meungkin ada tanpa adanya hubungan timbal balik.Dalam bentuk dominasi paling opresif sekalipun sampai tingkat tertentu, pihak yang tersubordinasi tetap memiliki kebebasan pribadi.Bagi kebanyakan orang, superordinasi mencakup upaya untuk menghapus sepenuhnya independensi pihak yang tersubordinasi, namun Simmel berargumen bahwa relasi sosial perlahan akan hilang jika ini terjadi.
                 
E.     Buku The Philosophy of Money
Buku ini menggambarkan dengan baik betapa luas dan majunya pemikiran Simmel.Secara konklusif buku ini menunjukkan paling tidak Simmel layak mendapatkan pengakuan atas teori umumnya maupun esai-esainya tentang sosiologi mikro, yang sebagian besarnya dapat dilihat sebagai manifestasi spesifik teori umumnya.Buku ini juga menunjukkan kalau Simmel memusatkan perhatiannya pada uang, minatnya pada fenomena ini melekat pada serangkaian pokok perhatian teoretis dan filosofis yang lebih luas.
Simmel tertarik pada luasnya isu nilai, dan uang dapat dilihat sekedar sebagai bentuk nilai spesifik, pada level lain Simmel, Simmel tidak tertarik pada uang semata namun ia tertarik pada dampak yang ditimbulkannya pada berbagai fenomena semisal “dunia batiniah” aktor dan kebudayaan objektif secara keseluruhan. Selain itu Simmel juga melihat uang  sebagai fenomena spesifik yang dikaitkan dengan barbagai komponen kehidupan lain, termasuk “pertukaran, kepemilikan, keserakahan, pemborosan, sinisme, kebebasan individu, gaya hidup, kebudayaan, nilai kepribadian dan lain sebagainya. Akhirnya dan paling umum, Simmel melihat uang sebagai komponen kehidupan spesifik yang dapat membantu kita memahami totalitas hidup.
  Uang dan Nilai
Salah satu yang dibahas oleh Simmel dalam buku ini yaitu mengenai hubungan antara uang dengan nilai. Secara umum, ia berpendapat bahwa orang menciptakan nilai dengan menciptakan objek, memisahkan dirinya dirinya dari objek-objek tersebut, dan selanjutnya berusaha mengatasi “jarak, kendala, kesulitan”. Semakin besar kesulitan untuk mendapatkan suatu objek, semakin besar pula nilainya.Namun, kesulitan untuk memperoleh ini memiliki “batas bawah dan batas atas”.Prinsip umumnya adalah bahwa nilai benda berasal dari kemampuan orang untuk menjarakkan dirinya secara tepat dari objek. Benda-benda yang terlalu dekat,  terlalu mudah diperoleh, tidak terlalu berharga. Perlu upaya tertentu agar sesuatu dianggap bernilai.Sebaliknya, benda-benda yang terlalu jauh, terlalu sulit, atau nyaris mustahil diperoleh juga sangat tidak bernilai.Benda-benda yang menghalangi sebagian besar, jika tidak semua, upaya kita untuk memperolehnya semakin tidak bernilai di mata kita. Benda-benda yang paling bernilai  adalah yang tidak yang tidak terlalu jauh ataupun terlalu dekat. Di antara faktor yang terdapat jarak objek dari seorang aktor adalah waktu yang diperlukan untuk mendapatkannya, kelangkaan, kesulitan untuk memperolehnya, dan keharusan diberikannya benda lain demi mendapatkannya.
  Uang, Reifikasi, dan Rasionalisasi
Dalam proses menciptakan nilai, uang juga menyediakan dasar bagi berkembangnya pasar, ekonomi modern, dan akhirnya, masyarakat (kapitalis) modern. Uang menyediakan sarana yang dapat digunakan elemen-elemen ini untuk mendapatkan kehidupan bagi dirinya sendiri yang bersifat eksternal dan memiliki daya paksa terhadap aktor. Hal ini bertentangan dengan masyarakat-masyarakat sebelumnya dimana barter atau perdagangan tidak mengarah pada dunia yang tereifikasi yang merupakan produk khas ekonomi uang. Uang membuka peluang bagi perkembangan ini dengan berbagai cara.

  Efek Negatif
Masyarakat tempat uang menjadi tujuan itu sendiri, yang benar-benar menjadi tujuan akhir, melahirkan sejumlah efek negatif pada individu (Beilharz, 1996), yang dua di antaranya yang paling menarik adalah meningkatnya sinisme dan sikap acuh.Sinisme terjadi ketika aspek tertinggi dan terendah kehidupan sosial diperjualbelikan, diredusi menjadi alat tukar paling umum-uang.Pada konteks yang berbeda, uang adalah musuh mutlak estetika, yang mereduksi segala hal menjadi fenomena tanpa bentuk, dan murni kuantitatif.Efek negatif lain ekonomi uang adalah makin merebaknya hubungan impersonal antar orang.
  Tragedi Kebudayaan
Sebab utama meningkatnya kesenjangan ini adalah meningkatnya pembagian kerja di masyarakat modern (Oakes, 1984:19).Meningkatnya spesialisasi mengarah pada perbaikan kemampuan untuk menciptakan beragam komponen dunia budaya. Namun, pada saat yang sama, individu yang terspesialisasi kehilangan pemahaman akan kebudayaan total dan kehilangan kemampuan untuk mengendalikannya. Ketika kebudayaan objektif tumbuh, kebudayaan individu sirna.Salah satu contohnya adalah bahasa sebagai suatu keseluruhan totalitas telah berkembang begitu pesat, namun kemampuan linguistik individu-individu tertentu justru merosot.Terkait dengan itu, seiring dengan tumbuhnya teknologi dan permesinan, kemampuan pekerja individu dan ketrampilan yang dibutuhkan telah merosot secara dramatis.Ekspansi besar-besaran kebudayaan objektif membawa efek dramatis pada irama kehidupan.Secara umum, ketimpangan yang menjadi ciri khas ephos awal ini meningkat dan di dalam masyarakat modern digantikan oleh pola kehidupan yang jauh lebih konsisten.Contohnya adalah begitu tingginya peningkatan kebudayaan modern.
  Tragedi Kebudayaan Dalam Konteks yang Lebih Luas
Birgita Nedelmann (1991) menawarkan tafsir menarik tentang tragedi kebudayaan dalam konteks yang disebutnya sebagai tiga masalah kebudayaan Simmel.
Masalah pertama adalah nestapa budaya.Ini adalah akibat dari konflik antara individu sebagai pencipta kebudayaan dengan bentuk-bentuk budaya yang bersifat tetap dan tanpa batasan waktu yang mereka hadapi.Kalau individu harus memenuhi kebtutuhannya dengan menciptakan bentuk-bentuk budaya, pemenuhan tersebut semakin tidak mungkin terjadi, paling tidak sebagian, karena “Sistem budaya tertinggal dibelakang perkembangan kreatifitas manusia”.
Masalah kedua adalah keracunan budaya. Dalam hal ini Simmel membedakan gaya dengan seni. Gaya terkait dengan generalitas, dengan “elemen-elemen objek artistik yang sama-sama dimiliki oleh objek lain yang menjadi bagian dari kategori yang sama”.
Akhirnya, dan yang terpenting, adalah masalah tragedi kebudayaan.Nedelmann menawarkan tafsir menarik terhadap gagasan ini. Ia menunjukkan bahwa ini adalah satu tragedi, ketimbang sekadar kesedihan, karena ”kehancuran sosial adalah akibat niscaya dari logika imanen” kebudayaan.
Namun, paradoks dan tragisnya, individu tidak memiliki alternatif lain kecuali terus menciptakan produk budaya. Terlebih lagi, terjerat kedalam kehidupan produktivitas tanpa makna, individu “tidak memiliki energi untuk memberontak atau memprotes sistem budaya sebagai sistem, ataupun untuk bereaksi terhadap cara-cara menyimpang dan terlalu dibesar-besarkan”.

F.  Pandangan George Simmel Tentang Masyarakat
Menurut Simmel masyarakat adalah suatu bentuk interaksi sosial yang terpola seperti halnya jaring laba-laba. Sosiologi adalah “master science” dimana orang dapat menemukan hokum-hukum yang mengatur semua perkembangan sosial. Simmel tidak melihat masyarakat sebagai bentuk organisme sebagaimana menurut comte ataupun Spencer. Menurut Simmel masyarakat terdiri dari jaringan yang banyak liku-liku nya. Masyarakat hanyalah sebuah nama untuk sejumlah individu-individu yang dihubungkan oleh interaksi. Struktur super-individual  yang lebih luas seperti halnya Negara, keluarga, klan, kota, atau persekutuan dagang hanyalah merupakan kristalisasi interaksi.
Dengan kerangka sosiologi inilah mengapa Simmel disebut sebagai tokoh sosiologi formal. Adapun bentuk-bentuk dari hubungan sosial menurut Simmel antaralain: Dominasi (penguasaan), Subordinasi (penundukan), kompetisi, imitasi, pembagian pekerjaan, pembentukan kelompok atau partai-partai dan banyak lagi bentuk perhubungan sosial yang kesemuanya terdapat di dalam kesatuan-kesatuan sosial seperti kesatuan agama, kesatuan keluarga, kesatuan organisasi dagang, sekolah dan lain-lain lagi. Simmel memang selalu berusaha melakukan analisa, klasifikasi, dan interpretasi dari bentuk-bentuk hubungan sosial seperti masalah isolasi, kontak-kontak sosial, diferensiasi sosial, superordinasi, oposisi dan sebagainya. Sehingga Simmel mengibaratkan masyarakat seperti jarring laba-laba. Bagi simmel bentuk-bentuk yang ditemukan di dalam kenyataan sosial tidak pernah bersifat murni. Setiap fenomena sosial merupakan elemen formal yang bersifat ganda, antara kerja sama dan konflik, antara superordinasi dan subordinasi, antara intimasi atau keakraban dan jarak sosial, yang kesemuanya dijalankan di dalam hubungan yang teratur di dalam struktur yang kurang lebih bersifat birokratis.
Apa yang pada akhirnya sangat menarik perhatian dikemudian hari dari sosiologi Simmel ini adalah uraianya yng begitu luas tentang konflik-konflik  di dalam kehidupan sosial. Menurut Simmel, perhubungan sosial selalu mencakup di dalam dirinya harmoni dan konflik, penarikan dan penolakan, inta dan kebencian. Pendeknya Simmel melihat melihat bagaimana hubungan manusia selalu ditandai oleh adanya ambivalensi atau sikap mendua. Simmel tidak pernah memimpikan suatu masyarakat yang tanpa mengalami friksi terutama antara individu dengan masyarakat. Bagi Simmel konflik merupakan suatu yang esensial dari kehidupan sosial sebagai komponen yang tidak dapat dihilangkan di dalam komponen kehidupan sosial. Sebagian atau bahkan kebanyakan orang menganggap konflik merupakan sesuatu yang negative sementara consensus merupakan sesuatu yang positif bagi kehidupan masyarakat. Masyarakat yang baik bukanlah masyarakat yang bebas dari konflik, sebaliknya dalam bentuk bersama dari berbagai konflik menyilang antara bagian-bagian dari komponen masyarakat. Perdamaian dan permusuhan, konflik dan ketrtiban sebenarnya bersifat korelatif.

Teori Sosiologi Herbert Spencer



 Teori Sosiologi Herbert Spencer

A.    BIOGRAFI HERBERT SPENCER

Herbert Spencer, lahir di Derby, Inggris pada tanggal 27 April 1820. Spencer merupakan seorang filsuf Inggris dan seorang pemikir teori liberal klasik ternama. Ia dikenal sebagai bapak Darwinisme sosial.
Sebagian besar pemikiran Spencer tentang sosiologi ditulis dalam 10 bukunya yang terdiri dari dua jilid Biologi, dua jilid Psikologi, tiga jilid Sosiologi, dan dua jilid tentang moralitas yang kemudian dikemas dalam Programme of a System of Synthetic Pilosophy. Paket ini memuat seluruh teori evolusi universal, meliputi evolusi bilogi, psikologi, sosial, dan etika. Karya- karya tersebut mengukuhkan dirinya sebagai penganut filsafat sintesis, yakni ilmu filsafat yang menggabungkan beberapa ilmu pengetahuan menjadi satu. Dari sederet karya tersebut, buku Principles of Sociology merupakan karya monumental Spencer yang mendorong perkembangan Sosiologi sebagai ilmu populer di masyarakat, terutama di Prancis, Jerman, dan Amerika Serikat.
Karya-karya Herbert yang paling terkenal semasa hidupnya antara lain :
-          Principles of Psychology (1855)              
-          Principles of Biology (1861 dan 1864)
-          First Principles (1862)                              
-          The Study of Sociology (1873)
Spencer memiliki watak menarik yang menjadi penyebab kerusakan intelektualnya yaitu keengganannya membaca buku ataupun karya orang lain. Dia mendapatkan gagasan dan ide-idenya muncul tanpa sengaja dan secara intuitif dari pikirannya. Gagasannya muncul sedikit demi sedikit secara rendah hati tanpa disengaja ( tanpa upaya yang keras ). Dia membaca karya orang lain hanya dilakukan untuk menemukan pembenaran pendapatnya sendiri.
Pengabaian Spencer terhadap aturan ilmu pengetahuan menyebabkan ia membuat serentetan gagasan kasar dan pernyataan yang belum dibuktikan kebenarannya mengenai evolusi kehidupan manusia. Karena itulah, sosiolog abad 20 menolak gagasan Spencer dan menggantinya dengan riset ilmiah dan riset empiris yang tekun. Spencer meninggal pada tanggal 8 Desember 1903.


A.    TEORI EVOLUSI
Spencer memperkenalkan ide-ide barunya dengan pendekatan yang juga baru yang saat itu dianggap bertentangan dengan semua pendekatan yang ada. Ide-ide spencer pada saat itu memang mengalami tantangan. Sadar akan hal inilah maka Spencer melakukan rekonsiliasi  antara ilmu pengetahuan dan agama yang termuat di dalam bukunya First Principle, dimana dia membedakan antara dua fenomena  yaitu fenomena yang dapat diketahui dan fenomena yang tidak dapat diketahui. Hal-hal yang dapat diketahui adalah yang merupakan pengalaman kenyataan dan mudah diterima oleh manusia sedangkan hal;-hal atau gejala yang tidak dapat dikethui  merupakan hal-hal yang berada di bawah lapangan pengetahuan manusia serta konsensi manusia. Sejak kepercayaan absolut terhadap Tuhan diterima oleh manusia , maka kepercayaan terhadap Tuhan merupakan kategori yang tidak dapat diketahui  dan tidak dapat dilihat. Spencer mencoba melakukan kompromi antara ilham pengetahuan dengan agama. Namun usahanya ini menyebabkan dia dicap oleh rohaniawan agama konservatip sebagai murtad dan berbahaya bagi kehidupan di balik agama
Spencer selalu mengajukan pertanyaan yang berupa : Mengapa hal ini ada? Mengapa hal itu berubah? Dengan pertanyaan sedemikian ini dia masuk ke dalam usaha untuk mencari sumber-sumber yang asali dan menganalisa perkembangan yang beraneka ragam ide yang tersirat di dalamnya. Hukum tersebut merupakan proposisi dasar yang melibatkan seluruh benda di dunia ini, baik itu berupa benda inorganis, benda organis atau sosial yang disebut super organik.

Spencer mendefinisikan evolusi sebagai suatu rentetan perubahan kecilyang berlangsung secara perlahan dan komulatif yang terjadi dengan sendirinya dan memerlukan waktu yang cukup lama. Evolusi dalam masyarakat adalah suatu rentetan perubahan yang terjadi karena adanya usaha-usaha masyarakat untuk menyesuaikan dirinya dengan keperluan, keadaan, dan kondisi baru yang timbul dengan adanya pertumbuhan masyarakat. Perubahan ini tidak harus sejalan dengan peristiwa-peristiwa dalam sejarah masyarakat yang bersangkutan.
Dalam bukunya, positive philosophy tahun 1851-1854 Comte menulis tentang tiga tingkatan, yaitu mengenai pemikiran manusia yaitu teologis, metafisik atau filosofis, dan akhirnya positive. Menurut Comte, masyarakat mempunyai suatu kedudukan yang dominan terhadap pribadi seseorang. Sebaliknya, Spencer memiliki pendapat bahwa pribadi mempunyai kedudukan dominan dalam struktur masyarakat. Spencer menekankan bahwa pribadi merupakan dasar struktur sosial, meskipun masyarakat dapat dianalisi pada tingkat struktural. Struktur sosial suatu masyarakat dibangun untuk memungkinkan anggotanya memenuhi berbagai keperluan. Oleh karena itu, banyak ahli yang memandang Spencer bersifat individualistik terkait dengan adanya perkembangan evolusi jangka panjang dari masyarakat modern, Spencer menilai masyarakat bersifat organis. Pandangan tersebut menjadikan Spencer disebut sebagai seorang teoritis organik karena adanya usaha untuk memperluas prinsip-prinsip evolusi pada ilmu biologi ke institusi sosial. Selain itu, Spencer mengungkapkan bahwa perubahan alamiah dalam diri manusia mempengaruhi struktur dalam masyarakat. Kumpulan pribadi dalam masyarakat merupakan suatu faktor penentu bagi terjadinya proses kemasyarakatan yang pada hakikatnya adalah struktur sosial dalam menentukan kualifikasi. Menurut Spencer, masyarakat adalah material yang tunduk pada hukum universal evolusi. Masyarakat mempunyai hubungan fisik dengan lingkungan yang mengakomodasi dalam bentuk tertentu dalam masyarakat, terutama dalam organisasinya. Masyarakat tersusun atas dasar hakekat manusia dan bentuknya sangat mempengaruhi oleh alam yang sulit dimodifikasi.
Seperti pada konsep evolusi carles darwin 1909-1882 telah merebut imajinasi orang diwaktu spencer belajar tentang gagasan darwin, ia bertekat untuk menggunakan prinsip evolusi tidak hanya pada bidang biologi, melainkan pada semua bidfang pengetahuan lain. Ia mengajarkan, bahwa ada permulaan yang materi mempunyai struktur serba sama tanpa difirensiasi. Spencer berpendapat bahwa ada sebuah proses dimana perorangan bergabung menjadi keluarga, keluarga menjadi kelompok, kelompok menjadi desa, desa menjadi kota, kota menjadi negara dan negara menjadi perserikatan bangsa-bangsa.
Menurut Spencer, harus ada suatu hukum yang dapat menguasai kombinasi antara faktor-faktor yang berbeda di dalam proses evolusioner ini dan hukum itu adalah pernyataan bahwa hilangnya suatu gerakan biasanya diikuti oleh tujuan gerakan itu sendiri dan akan munculnya suatu disintegrasi  dari keadaan tersebut atau menurut Spencer , adanya evolusi selalu diikuti oleh disolusi. Evolusi yang sederhana hanyalah merupakan suatu gerak yang hilang dan merupakan suatu redistribusi dari keadaan. Evolusi itu sendiri terjadi dimana-mana dalam bentuk inorganik seperti astronomi dan geologi, kehidupan organik seperti biologi dan psikologi serta kehidupan superorganik seperti sosiologi
Spencer mengajukan empat pokok penting tentang sistem evolusi umum yaitu :
1.      Ketidakstabilan yang homogen. Setiap homogenitas akan semakin berubah dan membesar dan akan kehilangan homogenitasnya karena kejadian setiap insiden tidak sama besar
2.      Berkembangnya faktor yang berbeda-beda dalam rasio geometris. Berkembangnya bentuk-bentuk yang sebenarnya hanya merupakan batas dari suatu keseimbangan (equilibrium) saja, yaitu suatu keadaan yang seimbang yang berhadapan dengan kekuatan-keuatan yang lain
3.      Kecenderungan terhadap adanya bagian-bagian yang berbeda-beda dan terpilah-pilah melalui bentuk-bentuk pengelompokan atau segregasi
4.      Adanya batas final dari semua proses evolusi di dalam suatu keseimbangan akhir
Spencer memandang sosiologi sebagai suatu studi evolusi di dalam bentuknya yang paling kompleks. Evolusi ini adalah merupakan evolusi superorganis yang termasuk semua proses dan produk tindakan yang dilakukan oleh individu-individu. Dalam karyanya, Spencer membagi pandangan sosiologisnya menjadi 3 bagian yaitu :
1.      Faktor-faktor ekstrinsik asli seperti : fisik dan iklim
2.      Faktor-faktor intrinsik asli seperti : fisik, intelektual, rasa atau emosi manusia
3.      Faktor asal muasal seperti modifikasi  masyarakat, bahasa, pengetahuan, kebiasaan, hukum, dan lembaga-lembaga
Pada tahun 1890, Prof. Giddings membuat singkatan ajaran sistem yang telah disepakati oleh Spencer sendiri. Singkatan sistem sosial Spencer adalah :
1.      Masyarakat adalah organisme, atau mereka adalah superorganis yang hidup berpencar-pencar
2.      Antara masyarakat dan badan-badan yang ada di sekitarnya ada suatu equilibrasi tenaga, suatu kekuatan yang seimbang. Kesaimbangan itu ialah antara masyarakat dan masyarakat, antara kelompok sosial satu dengan kelompok sosial lain
3.      Equilibrasi antara masyarakat dan masyarakat, antara masyarakat dan lingkungan mereka, berjuang satu sama lain demi eksistensi mereka diantara warga masyarakatnya. Akhirnya konflik menjadi suatu kegiatan masyarakat yang sudah lazim
4.      Di dalam perjuangan ini kemudian timbullah rasa takut di dalam hidup bersama serta rasa takut untuk mati. Rasa takut mati adalah pangkal kontrol terhadap agama
5.      Dengan diorganisir dan dipimpin oleh kontrol politik dan agama, maka kebiasaan konflik menjadi benih militerisme. Militerisme membentuk sifat dan tingkah laku serta membentuk organisasi sosial dalam peperangan pada umumnya
6.      Militerisme menggabungkan kelompok-kelompok sosial yang kecil menjadi kelompok sosial yang lebih besar. Dalam penggabungan ini diperlukan integrasi sosial. Proses semacam ini memperluas medan integrasi sosial yang biasanya terdapat pemupukan rasa perdamaian antar sesamanya serta rasa kegotong-royongan
7.      Kebiasaan berdamai dan rasa kegotong-royongan membentuk sifat, tingkah laku serta organisasi sosial yang suka pada hidup tenteram dan penuh dengan rasa setia kawan
8.      Di dalam tipe masyarakat yang penuh dengan perdamaian kekuatannya berkurang namun sebaliknya rasa spontanitas serta inisiatif semakin bertambah. Organisasi sosial menjadi semacam plastik saja, sedangkan anggota masyarakat dapat berpindah dengan leluasa daru satu tempat ke tempat yang lain. Mereka mengubah hubungan sosial mereka tanpa merusak kohesi sosial yang telah ada. Kesemuanya ini merupakan elemen dimana rasa simpati dan seluruh pengetahuan yang ada di dalam kelompok sosial merupakan keuatan tersendiri bagi masyarakat primitif
9.      Perubahan dari semangat militerisme menjadi semangat industrialisme, semangat kerja keras tergantung pada luasnya tenaga antara kelompok masyarakat yang ada serta kelompok  masyarakat tetangganya, antara ras dalam suatu masyarakat yang ada serta masyarakat yang lain, antara masyarakat pada umumnya serta lingkungan fisik yang ada. Akhirnya semangat kerja keras yang disertai dengan penuh rasa perdamaian tak dapat dicapai sampai keseimbangan bangsa-bangsa serta ras-ras tercapai lebih dulu
10.  Di dalam masyarakat, seperti pada kelompok masyarakat lain tertentu, luasnya perbedaan serta jumlah kompleksitas segenap proses evolusi tergantung pada nilai proses integrasi. Semakin lambat nilai integrasinya, semakin lengkap dan memuaskan jalannya evolusi itu
Pada setiap tahapnya, evolusi adalah penyatuan dan penitegrasian materi ke dalam kesatuan yang lebih besar dan lebih rumit hukumnya. Arah dan jalannya proses evolusi adalah peralihan dari keadaan serba samakepada keadaan seba beda. Sama seperti comte, spencer juga memasalahkan asal usul asas dinamika proses ini. Bagaimanakah bisa terjadi bahwa partikel-partikel yang semua sejenis dan sestruktur berbentuk benda-benda dan makhluk-makhluk yang jenis dan strukturnya berbeda dan sifatnya dan fungsinya berlainan.

B.     EVOLUSI MASYARAKAT
Teori spencer mengenai evolusi masyarakat merupakan bagian dari teorinya yang lebih umum mengenai evolusi jagat raya. Dalam bukunya social statics masyarkat disamakan dengan organisme. Ciri-ciri yang digunakan pada badan hidup, dapat digunakan juga pada badan masyarakat.
Menurut spencer, masyarakat adalah oragnisme yang berdiri sendiri dan berevolusi sendiri dari kemauan dan tanggung jawab anggotanya. Sama seperti tiap-tiap organisme yang dihasilkan dengan kebutuhannya demi pemeliharaannya dan ketahanan badannya, demikian juga masyarakat mempunyai ekonomi demi kelangsungan dan perkembangannya. Badan masyarakat berevolusi dari keadaan sama dimana semua orang mempunyai fungsi dan kedudukan yang sama kepada suatu keadaan yang berbeda, rumit dan penuh variasi bentuknya. Sama seperti organisme menjadi terbentuk karena sel homogen bergabung menjadi organ-organ yang berbeda dalam bentuk fungsinya, demikian juga orde sosial dibentuk.
Spencer membedakan empat tahap dalam proses penggabungan materi. Tahap pertama adalah tahap penggandaan. Baik tiap individu maupun sosial dalam keseluruhannya selalu bertumbuh dan bertambah. Tahap kedua adalah tahap komplekfikasi. Salah xsatu akibat proses pertambahan adalah makin rumtinya struktur oraganisme yang bersangkutan. Tahap ketiga adalah tahap diferensiasi. Baik evolusi badan maupun evolusi sosial menunjukkan pembagian tugas atau fungsi yang semakin berbeda. Pembagian kerja menghasilkan stratifikasi sosial. Masyarakat terbagi dalam kelas-kelas sosial dan mempunyai tugas masing-masing. Tahap keempat yaitu peintegrasian dengan mengingat bahwa proses diferensiasi mengakibatkan perpecahan, maka perlu diimbangi oleh proses yang mempersatukan.
Konflik dan perjuangan untuk hidup adalah merupakan proses yang paling utama. Masyarakat selalu berhubungan dengan kedua hal tersebut baik di lalu maupun di masa lalu maupun di masa sekarang. Secara pemerintahan, konflik ini berkisar pada bidang ekonomi dan militer. Spencer sebagai seorang optimis dan percaya akan adanya progres di dalam masyarakat selalu memandang akan adanya perubahan di dalam lembaga ekonomi dan pemerintahan. Ekonomi akan berubah dari bentuk ekonomi berburu dan pertanian menuju ekonomi industri. Sedangkan pemerintahan akan berubah dari militerisme yang besar dan kuat menuju pada suatu negara yang tenteram dengan suatu pengecilan ukuran dan kekuatannya. Jadi, konflik pada masa lalu maupun masa sekarang yang dianggap penting akan menjadi kurang penting pada masa yang akan datang
Proses diferensiasi dan spesialisasi di dalam masyarakat selalui dibarengi oleh perjuangan untuk hidup. Konsepsi Spencer mengenai evolusi universal telah berubah dari evolusi homogen dan tidak menentu menjadi evolusi yang heterogen dan menentu. Jadi di dalam konsepsi perkembangan maupun pembangunan, masyarakat itu akan menjadi bertambah kompleks dan terspesialisasi


C.    MORFOLOGI MASYARAKAT
Spencer membuat dua pengelompokan besar tipe tipe masyarakat berdasarkan ciri ciri mereka, yaitu masyarakat militaris dan masyarakat industri. Kata militeris dan industri menunjukkan pada suatu keadaan sosial yang diandaikan murni dan tidak tercampur dengan ciri ciri lain. Menurut speencer kegiatan pokok masyarakat mempengaruhi bahkan menentukan corak semua pranata. Menurutnya, evolusi dari militeris keadaan industri terjadi di seluruh dunia dalam masyarakat militeris kepemimpinan cenderung pada orang yang ahli dibidang peperangan dan pertempuran. Jadi didalam masyarakat militaris ketakutan terhadap orang mati mendasari kekuasaan agama, sedangkan ketakutan terhadap orang hidup mendasari kekuasaan politik.
Spencer tertarik sekali dalam menggambarkan dan memperbandingkan bermacam-macam lembaga sosial. Keluarga, pemerintah dan lembaga ekonomi merupakan aspek-aspek yang ia alami. Dia membicarakan masyarakat militer yang di dalamnya terdapat pusat kontrol dalam masalah perang dan damai. Keduanya ditangani oleh pimpinan angkatan perang yang juga merangkap sebagai pimpinan politik. Pemerintah dan organisasi gereja mengajarkan rasa ketaatan dan pengabdian yang mendalam. Ideologi mencanangkan behwa negara adalah lebih penting daripada individu dan kerjasama yang dipaksakan
Masyarakat industri dimana terdapat kerja produktif dengan cara damai diutamakan diatas ekspedisi-ekspedisi perang. Menurut spencer kedua tipe masyarakat ini bertentangan satu dengan yang lain atau mereka saling menolak. Kelak dikemudian hari proses industrialisasi akan melenyapkan perang diseluruh dunia. Bangsa-bangsa didunia akan saling bergantung satu sama lain sehingga perang tidak akan terjadi yang merupakan tindakan bunuh diri.  Konflik akan menjadi persaingan dimana pihak yang mempunyai ilmu pengetahuan tinggi dan cerdas akan menjadi pemenang. Satu kali masyakat industri dibentuk maka manusia tidak akan berminat lagi terhadap agama.
Industri membantu keperluan militer serta orang-orang dijadikan subyek disiplin militer..
Masyarakat industri berlawanan dengan militer. Masyarakat industri adalah masyarakat yang penuh dengan perdamaian, demokratis dan terpilih di dalam organisasi politik. Industri harus dikembangkan dengan baik. Demikian pula lembaga-lembaga yang bebas bahkan organisasi agama yang berbeda-beda seperti halnya buruh bebas dan masyarakat politik diperbolehkan melakukan kegiatannya. Ideologi masyarakat semacam ini menyebutkan bahwa kemauan penduduk adalah merupakan hal yang paling mutlak sedangkan pemerintahan yang ada harus melaksanakan kehendak penduduknya. Kerjasama harus dilaksanankan secara suka rela dan organisasi politik harus didesentralisasi serta diperkecil. Spencer melihat adanya kemungkinan penggabungan antara militerisme dan industrialisasi, seperti yang terbukti pada abad ke-20 sekarang. Namun, dia gagal dalam melihat timbulnya negara sosialisme sebagai suatu gabungan antara pemerintahan industrialisme dan pemerintahan yang lebih besar dan lebih kompleks. Mungkin dia dibutakan oleh adanya faham laisses faire, dan kebebasan individu serta kemajuan moral ketika ia menggambarkan suatu pemerintahan yang sedang melemah.
            Tipe Masyarakat Militer vs. Masyarakat Industri oleh Neil J. Smelser (1968:264)
Ciri
Masyarakat Militer
Masyarakat Industri
Aktivitas dominan
Pertahanan dan penaklukan teritorial
Menciptakan perdamaian dan pertukaran barang dan jasa
Prinsip yang mempersatukan
Penggunaan paksaan dan sanksi yang kaku
Kerja sama sukarela, kontrak
Hubungan antar individu dengan negara
Dominasi negara, pembatas kebebasan
Negara melayani kebutuhan individu, bebas
Struktur politik
Sentralisasi, otokrasi
Desentralisasi, demokrasi
Stratifikasi
Bawaan (ascription), mobilitas rendah, masyarakat tertutup
Prestasi, mobilitas tinggi, masyarakat terbuka
Aktivitas Ekonomi
Autarki, proteksionisme, mencukupi kebutuhan sendiri
Saling ketergantungan ekonomi, perdagangan bebas
Nilai dominan
Keberanian, disiplin, kepatuhan, kesetiaan, patriotisme
Inisiatif, daya cipta, kebebasan, kejujuran

Teori evolusi pemerintahan serta tipe-tipe militernya yang ideal serta masyarakat industrinya adalah sama dengan teori Durkheim mengenai masyarakat organis dan masyarakat mekanis. Selanjutnya Rumney memberikan komentar sebagai berikut : Skema Spencer dan Durkheim terhadap sosiologi mempunya kontribusi yang tidak ternilai harganya. Mereka memiliki pandangan dan suatu generalisasi kekuatan yang membenarkan adanya suatu ilmu pengetahuan mengenai masyarakat, mereka menunjukkan pandangannya dan penetrasinya, mereka mencari korelasi yang fundamental dan akhirnya mereka telam membantu kita untuk mengerti akan adanya proses sejarah. Karena pandangan spencer mengenai evolusi seperti perubahan asal usul maka dia hanya sedikit memberi perhatian pada kokohnya struktur sosial. Dia betul-betul dininabobokan akan pentingnya suatu kebiasaan. Salah satu hukum umunya tentang evolusi menyatakan bahwa sekali suatu keadaan individu atau kelompok itu timbul, maka kebiasaan itu akan berkesibambungan. Tetapi dia tidak melibatkan dirinya dengan masalah-masalah kontrol sosial dan kekekalan sistem-sistem sosial.