Sabtu, 23 Januari 2016

POLA ASUH ANAK PADA MASYARAKAT BANTARAN KALI CODE



POLA ASUH ANAK PADA MASYARAKAT BANTARAN KALI CODE

1.      Deskripsi Lokasi Penelitian
a.       Gambaran Umum Masyarakat Yogayakarta
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi terkecil kedua setelah Provinsi DKI Jakarta dan terletak di tengah Pulau Jawa, dikelilingi oleh Provinsi Jawa Tengah dan termasuk zona tengah bagian selatan dari formasi geologi Pulau Jawa. Di sebelah selatan terdapat garis pantai sepanjang 110 km berbatasan dengan Samudera Indonesia, di sebelah utara menjulang Gunung Merapi (± 2.968 m ), salah satu dari gunung yang paling aktif di dunia. Luas keseluruhan Provinsi DIY adalah 3.185,80 km2 atau kurang lebih 0,15% luas daratan Indonesia. Di sebelah barat mengalir Sungai Progo, yang berawal dari Jawa Tengah, dan Sungai Opak di sebelah timur yang berawal dari Gunung Merapi yang bermuara di laut selatan.
Yogyakarta sebagai salah satu kota yang mengusung tema kehidupan masyarakat yang berbudaya seharusnya di dorong juga dengan kondisi masyarakat yang mengedepankan nilai dan norma dalam masyarakat yang menciptakan masyarakat yang berbudaya. Budaya tidak hanya di peroleh dari garis tradisi yang berbentuk kesenian atau simbol-simbol suatu peradaban tertentu saja melainkan juga melalui tindakan sosial masyarakat. Tindakan sosial merupakan suatu bagian dari sebuah budaya, sebuah peradaban yang memili kebudayaan yang baik biasanya di ikuti dengan tindakan sosial dan aturan norma yang baik di dalam masyarakatnya. Kehidupan masyarakat di kota Yogayakarta di warnai dengan banyak dinamitas kehidupan, globalisasi mempengarungi perubahan warna ini. Jika dahulu di kota yogyakarta tata cara pergaulan yang di lakukan sangat kental sekali dengan tata cara aturan jawa yang sangat mengusung sopan santun maka sekarang ini aturan itu perlaham mulai luntur terutama di masyarakat pinggiran dan masyarakat yang berda di dalam garis ekonomi ke bawah.
b.      Gambaran Umum Masyarakat Bantaran Kali Code
Bantaran Kali Code Merupakan Kawasan pemukiman padat penduduk yang berada di sepanjang sungai yang membelah kota Yogyakarta. Penduduk yang bermukim di sekitar Bantaran Kali Code merupakan penduduk yang di dominasi dari golongan ekonomi menengah ke bawah. Pada awalnya masyarakat yang berada di Bantaran Kali Code hidup dengan aturan dan juga struktur yang tidak teratur atau bahkan hampir mengarah pada anomie. Sampai pada akhirnya seornag tokoh bernama Romo Mangun datang dan mencoba untuk mengubah itu semua, sekarang ini masyarakat Bantaran Kali Code menjadi lebih teratur dan terstruktur terutama dalam segi pembagunan pemukiman dan organisasi kemasyarakatan. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di Bantaran Kali Code terutama masyarakat yang bertempat tinggal  di pinggiran kali code banyak yang menggunakan bahasa sehari-hari berupa bahasa yang tersekesan “Saru” hal itu tidak hanya di lakukan oleh orang dewasa saja namun melainkan juga anak-anak yang dapat  berakibat pada perkembangan diri dan proses sosialisasi si anak tersebut kedepannya.




2.Deskripsi Data Hasil Penelitian
a. Pola Sosialisasi Primer dan Sekunder Masyarakat Bantaran Kali Code
Pola sosialisasi Primer dalam masyarakat Bantaran Kali Code di lakukan di dalam keluarga sedangkan pola sosialisasi sekunder terjadi di dalam teman sepermainan. Pola sosialisasi yang terjadi di dalam masyarakat akan menentukan penerimaan masyarakat kedepannya terutama lingkungan tempat tinggalnya. Secara umum masyarakat luas melihat masyarakat di sekitar Bantaran Kali Code sebagai sebuah masyarakat dengan kebiasaan berbicara dengan mengumpat. Namun secara khusus, hal ini di bantah oleh orang tua di yang bermukim di sekitar Bantaran Kali Code yang menganggap pola asuh yang di terapkan dan semua  yang di ajarkan pada si anak telah sesuai dengan norma yang ada di dalam masyarakat pada umumnya dengan pengajaran yang baik.
 b. Faktor Pendorong Kepribadian Anak
        faktro-faktor yang menjadi pendorong dalam pembentukan kepribdaian anak yaitu dapat berupa :
·         Teman sebaya
·         Pola pikir yang telah di tanamkan pada anak
·         Pola asuh orang Tua








  1. Pembahasan
     Keluarga merupakan sebuah sarana primer bagi anak untuk mengenal dunia dan juga lingkungannya. Pendidikan yang  di berikan oleh keluarga merupakan bekal untuk si anak dalam berinteraksi dan bersoalisasi untuk dapat di terima di dalam masyarakat. Dalam setiap keluarga pendidikan atau yang lebih sering di kaitkan sebagai pola asuh sangatlah beragam. Pola asuh ini sangat berhubungan dengan proses sosialisasi si anak kedepannya.
Proses sosialisasi primer pada masyarakat Bantaran Kali Code sama seperti pada masyarakat umumnya dimana orang tua berupaya untuk mengajarkan hal yang baik pada anak dan melarang hal yang buruk. Dalam hubungannya dengan pengunaan bahasa sehari-hari orang tua juga sangat menjunjung pengunaan bahasa secara secara baik dan benar atau istilahnya bahasa sopan santun. Hubungan yang tejalin antara anak dan juga orang tua juga dapat di katakan baik dimana ada komunikasi yang terjalin walaupun menurut responden ada beberapa masalah yang di hadapi oleh si anak yang tidak di ceritakan kepada orang tuanya.
Sebagai sebuah keluarga yang menjadi salah satu ageng dalam proses sosialisasi, keluarga di daerah Bantaran Kali Code juga menerapkan norma-norma atau aturan yang menjadi acuan bagi si anak dan juga harus di patuhi, apabila norma tersebut di langgar maka orang tua sebagai kepala keluarga akan memberikan sanksi-sanksi tertentu pada si anak dengan  harapan bahwa si anak akan memperoleh ganjaran atas perbuatannya. Dalam eratannya dengan hubungan antara orang tua dan juga anak, aturan di rasa terlalu ketat atau tindakan dan keputusan orang tua yang tidak di suakai oleh si aanak dapat berakibat dengan adanya keretakan dalam hubungan diantara keduanya yang dapat berujung pada adanya konflik. Bentuk dari konflik tersebut terkadang menimbulkan tindakan yang bersifat menentang, seperti halnya pergi dari rumah ketika ada permasalahan dengan orang tua. 
Anak sebagaimana yang di utarakan oleh George Hebert Mead mengalami 4 tahap dalam proses sosialisasi yaitu Preparatory Stage, Play Stage, Game stage, dan Significant Other. Dalam proses pertumbuhannya anak banyak terlibat dalam kegiatan dalam lingkungannya terutama dalam lingkungan sepermainannya. Dengan kata lain berarti anak ,engalami tahapan Game Stage dimana di dalam tahapan ini si anak belajar lebih terhadap masyaraktnya untuk dapat di terima. Pola Asuh sekunder pada anak yang dapat mempengaruhi kepribadiannya dapat berasal dari teman sepermainan, anak-anak di sekitar Bantaran Kali Code sama seperti anak-anak pada umumnya yang suka bermain, meskipun mereka masih mendapat perhatian dan juga pengawasan dari orang tuanya faktor sekunder lebih banyak mempengaruhi pengembangan diri dan juga karakter anak ketimbang faktor primer. Hal ini di sebabkan karna si anak lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan sekundernya yang berasal dari teman sepermainan baik itu di lingkungan rumah maupun dilingkungan sekolahnya. Proses sosialisasi sekunder di kawasan Bantaran Kali Code mengakibatkan anak-anak tersebut yang karna meniru temannya banyak yang berbicara dengan bahasa yang kotor atau istilah dalam bahasa jawa di sebut dengan “Saru”, bagi mereka berbicara dengan cara membentak, memaki, atau memanggil nama oranglain dengan sebutan binatang merupakan hal yang wajar padahal di daerah lain hal ini di masukkan kedalam hal yang melanggar norma kesusilaan dan juga kesopanan.  Yang sangat menyorot perhatian adalah, cara mereka perbicara mengumpat seperti itu tidak hanya di lakukan di lingkungan sekitar tempat tinggal saja namum melainkan juga di bawa ke lingkungan masayrakat yang lebih luas sehingga menimbulkan citra bahwa masyarakat yang tinggal di sekitar Bantaran Kali Code merupakan masyarakat yang amoral dengan perkataan yang mengumpat. Pengaruh teman sebaya yang mendorong pola asuh keluarga dalam membentuk kepribadian sangatlah penting, jika anak berada di lingkungan teman sebaya yang baik maka itu akan mendorong kepribadiannya dalam memiliki attitude yang baik pula. 

Senin, 11 Januari 2016

PERAN GURU DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL



PERAN GURU DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL
 
A.    Arti Perubahan Sosial
Secara individual dan secara kolektif manusia memainkan peran esensialnya dalam perubahan social. Perubahan social secara langsung atau tidak langsung adalah suatu akibat tindakan-tindakan manusia (Roadney D,Lliot dan Don H. Shambillin, 1992: 339) .
Dari semua fenomena yang menarik perhatian para sosiolog, perubahan social adalah fenomena yang paling sulit dan oleh karenanya paling banyak mengundang perdebatan spekulasi (Ankiy M.M Hoogvelt, 1985. 9)
Sedangkan dalam ensiklopedia of sociology (1974: 266) dinyatakan bahwa perubahan social untuk sementara waktu dapat didefinisikan sebagai suatu altrasi yang signifikan dalam struktur masyarakat. Perubahan-perubahan yang terjadi didalam struktur social dasar atau institusi-institusi social masyarakat seperti pemerintahan, ekonomi, keluarga, atau agama, juga berkenaan dengan organisasi-organisasi masyarakat yang meliputi institusi-institusi social utama, kelompok-kelompok social dan posisi-posisi social. Proses perubahan social dapat terjadi dengan cepat, perlahan-lahan dan hamper secara evolusioner. Perubahan social juga dapat direncanakan atau tidak. Perubahan selalu dipandang suatu yang positive yaitu perubahan yang memperbaiki atau meningkatkan kehidupan. Namun, perubahan dapat juga merupakan suatu yang mengancam, menakutkan dan merupakan kekuatan-kekuatan yang mengahasilkan konflik yang mendorong dan menarik orang-orang dengan gerakan konstannya.
Perubahan yang bersifat negative itu dapat menimbulkan culture Shock yang menunjuk padakasus ketidak mampuan untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan perubahan social budaya yang demikian cepat.
Pada umumnya ilmuan social mengkonseptualisasikan adanya empat level of analisis perubahan dalam system seperti sekolah (Jeane H. 1983:359).
1.      The individual level, berkenaan dengan perubahan yang diprakasai oleh system kepala sekolah, guru, siswa, atau yang lain-lainnya yang di arahkan pada pribadi yang menganggap peran.
2.      The organization level, perubahan dalam suatu sekolah baik dalam model kurikulum baru dala segi fisik dan struktur peranan sekolah.
3.      The institutional or societaly, perubahan system yang luwes. Contoh perubahan dalam institusi politik.
4.      The cultural level, perubahan-perubahan dalam sikap-sikap dari masyarakat sering pula lambat berubah dan ketinggalan dibelakang inovasi-inovasi teknologi.
B.     Sumber-sumber perubahan Sosial
Sumber-sumber primer perubahan social (Rodney D. Eliot) yaitu:
1.      Teknologi dan tata ekonomi
Teknologi merupakan kombinasi kebudayaan material dan non-material. Teknologi bukan hanya alat-alat dan mesin-mesin melainkan juga pengetahuan bagaimana membuat dan menggunakan alat-alat dalam suatu cara produktif. Penggunaan teknologi dipengaruhi oleh nilai-nilai yang kita pegang. Keadaan suatu masyarakat data memutuskan untuk menggunakan dalam cara tertentu untuk memperoleh tujuan. Mengingat perubahan-perubahan di dunia ini juga sebagai konsekuensi dari perkembangan computer. Banyak orang yang menggunakan computer untuk membantu menulis karya ilmiah, membuat program-program di bank, dan lain-lain.
Teknologi mempunyai pengaruh ositif pada kehidupan manusia. Perkembangan dari ilmu kedokteran mempunyai eranan penting dalam meningkatkan harapan hidup manusia. Teknologi juga mempunyai akibat-akibat negative. Teknologi tidak hanya menciptakan alternative-alternatif dari kesempatan-kesempatan baru, tetapi juga menciptakan masalah-masalah baru. Perubahan-perubahan di bidang teknologi sering mendasari transformasi-transformasi pokok dalam tata ekonomi.
Globalisasi ekonomi dunia memunyai banyak cabang yang kebanyakan muncul dewasa ini. Tata ekonomi internasional menjadikan dunia internasional merasa dalam persekutuan politis di antara bangsa-bangsa dunia.
2.      Ide-ide
Max Weber sebagai seorang ilmuan social yang berpengaruh menemukan pentingnya agama dan masyarakat, khususntya bagi ide-ide keagamaan dapat meningkatkan perubahan social. Sebagian jawaban terhada[ Karl Mark ynag menyatakan bahwa ide-ide dapat menjadi factor-faktor yang menentukan dalam melakukan perubahan.
3.      Perubahan komposisi penduduk
Suatu masyarakat harus mamu menyediakan kebutuhan-kebutuhan hidu untuk mempertahankan penduduknya. Apabila penduduk bertambah semakin cepat, masyarakat dihadapkan dengan perjuangan untuk menyediakan kebutuhan-kebutuhan hidup bagi warganya seperti pangan, air, papan, pekerjaan.
Penduduk yang memiliki angka kelahiran yang sangat rendah menghadapi serangkaian penghambat yang berbeda hal ini menimbulkan beberapa masalah.
a)      Mereka memiliki orang-orang muda yang lebih sedikit untuk mengisi posisi-posisi tenaga kerja
b)      Bangsa-bangsa dengan penduduk yang sudah lanjut usia menghadapi masalah-masalah pemberian layanan-layanan social karena jumlah kaum tua yang bertambah.
4.      Kontek budaya dan difusi
Enyebaran suatu unsur budaya dari sekelompok orang kepada kelompok lain  dalam suatu masyarakat atau antar masyarakat di sebut difusi. Difusi dapat terjadi dalam bidang ide-ide, keyakinan-keyakinan, seni dan music, atau dapat berupa ujung tombak, senjata-senjaata ruang angkasadan teknologi pertanian. Dalam masyarakat pra industry difusi berlangsung lambat. Kebudayaan material, khususnya kemajuan-kemajuan teknologi kemungkinan di adaptasi lebih cepat daripada kebudayaan non-material seperti ide-ide dan keyakinan.
5.      Konflik
Di zaman dewasa ini konflik-konflik semakin  kompleks, bukan hanya konflik individu, konflik antar individu maupun kelomok-kelompok dan konflik-konflik institusi-institusi yang dapat menimbulkan perubahan social.
6.      Gerakan-gerakan social
Adanya gerakan social di masyarakat menimbulkan dampak positif dan negative yang dapat merubah struktur pola kehidupan social dalam masyarakat (perubahan social).