TEORI
PERTUKARAN SOSIAL DAN TEORI ILIHAN RASIONAL
A.
SEJARAH TEORI
Diawali
dari pemikiran Burgess dan Baldwin (1969) tentang behaviorisme yang menekankan
perilaku actor dengan lingkungan dan sebaliknya, Goerge Homans (1974)
mengembangkan teori pertukaran social dengan proposisi psikologis. Berbeda
dengan Homans, Peter Blau (1964) memahami struktur social berdasarkan analisis
proses social yang mempengaruhi hubungan antara individu dan kelompok
(pertukaran pribadi ke struktur dari mikro ke makro). Barry Wellman (1983)
memusatkan perhatian pada pola ikatan objektif yang menghubungkan anggota
masyarakat (jaringan). Sementara Cook dan Whitmeyer (1992) mengkombinasikan
teori pertukaran social dan analisis jaringan. Perkembangan terakhir teori
pertukaran dalam buku ini di gagas oleh James S. Coleman (1990) tentang Teori
pilihan rasional (Paradigm tindakan rasional) adalah satu-satunya teori yang
mungkin menghasilkan integrasi berbagai paradigma sosiologi.
B. MATERI
UTAMA
Teori
pertukaran homans
Homans memulai teorinya dengan ilmu ekonomi bukan dengan psikologi. Teori
pertukaran Homans berasumsi bahwa seorang terlibat pada sebuah tindakan karena
ganjaran atau menghindari adanya hukuman. Pertukaran perilaku untuk memperoleh
ganjaran tersebut merupakan prinsip dasar dalam transaksi ekonomi. Ilmu ekonomi
dapat menggambarkan hubungan pertukaran dan sosiologi dapat menggambarkan
adanya struktur-struktur sosial diamana pertukaran tersebut terjadi. Melalui
ilmu ekonomi Homans mengkaji perilaku individu dalam meraih nilai melalu
tindakannya, hal ini juga didukung dari adanya teori psikologi milik Skinner (Behavioralisme).
Seperti halnya binatang yang mencoba mencari ganjaran serta menghindari adanya
hukuman, manusia pun mencobanya dengan memperbesar keuntungan dan memperkecil
biaya yang dikeluarkan. Menurut Homans, dilihat dari sisi fungsional bukan
hanya status yang berasal dari fungsi sosialnya melainkan karena struktur yang
demikian itu terdiri dari individu-individu yang terlibat dalam proses
pertukaran barang yang berwujud materi maupun non-materi (Homans, 1958:
579-606).
Pertukaran sosial yang
terjadi antar individu tidak berjalan statis, karena tidak selamanya individu
mendapatkan keuntungan dari proses pertukaran sosial itu. Oleh karena itu, bagi
Homans dalam teori pertukaran sosial perlu dilakukan proposisi-proposisi. Menurut Homans proposisi - proposisi yang dapat menjelaskan teori
pertukaran sosial secara utuh, diantaranya, proposisi sukses,
proposisi stimulus, proposisi nilai, proposisi kelebihan dan kekurangan,
proposisi agresi – pujian, dan proposisi rasionalitas.
Pernyataan pertama proposisi sukses,
“Dalam setiap tindakan, semakin sering suatu tindakan tertentu memperoleh
ganjaran, maka kian kerap ia akan melakukan tindakan itu (Homans, dalam Poloma:
61). Sebaliknya, semakin
sering tindakan seseorang itu gagal atau tidak mendapatkan penghargaan maka
tindakan itu tidak akan diulangi lagi olehnya. Proposisi sukses ini dapat disimpulkan bahwa ketika seorang individu
memperoleh ganjaran dari tindakan yang ia lakukan maka suatu ketika ia akan
melakukan tindakan itu lagi bahkan ia akan sering melakukan tindakan tersebut
dengan harapan ia dapat menerima ganjaran yang serupa dengan apa yang telah ia
dapatkan sebelumnya.
Proposisi stimulus atau rangsangan menyatakan bahwa “jika di masa lalu terjadinya stimulus (rangsangan) yang
khusus atau seperangkat stimuli merupakan peristiwa dimana tindakan seseorang
memperoleh ganjaran, maka semakin mirip stimuli yang ada sekarang ini dengan
yang lalu itu, akan semakin mungkin seseorang melakukan tindakan serupa atau
yang agak sama, (Homans, dalam Poloma: 64).
Proposisi nilai, “semakin tinggi nilai suatu tindakan, maka kian senang seseorang
melakukan tindakan itu” (Homans, dalam Poloma: 63). Proposisi ini berkaitan
dengan tingkat atau tinggi rendahnya nilai dari sebuah tindakan. Disini Homans memperkenalkan konsep hadiah dan hukuman. Hadiah adalah
tindakan dengan nilai positif, makin tinggi nilai hadiah, makin besar
kemungkinan mendatangkan perilaku yang diinginkan. Sedangakan hukuman adalah
hal yang diperoleh karena tingkah laku yang negatif. Dalam pengamatannya, Homans
memperhatikan bahwa hukuman bukanlah merupakan cara yang efektif untuk mengubah tingkah laku seseorang. Ketika tindakan memiliki nilai yang tinggi maka seorang individu ini akan
semakin senang atau menikmati apa yang dilakukannya berbeda ketika nilai dari
sebuah tindakan itu rendah atau bahkan justru tidak ada nilai yang mengikutinya
maka individu akan cenderung malas atau bahkan tidak melakukan tindakan itu.
Proposisi Kejenuhan (deprivasi–satiasi), “semakin sering di masa yang baru berlalu seseorang menerima suatu
ganjaran tertentu, maka semakin kurang bernilai bagi orang tersebut peningkatan
setiap unit ganjaran” (Homans, dalam Poloma: 63-64). Dalam proposisi kejenuhan (deprivasi–satiasi)
ini menjelaskan bahwa ketika suatu tindakan yang pada awalnya bernilai semakin
lama nilai tersebut akan semakin berkurang seiring dengan berjalannya waktu.
Dapat dikatakan bahwa dari tindakan yang bernilai ketika tindakan itu dilakukan
berulang-ulang maka setiap perulangan tersebut akan terjadi pengurangan nilai.
Individu akan merasakan terjadinya pengurangan nilai dari tindakan yang ia
lakukan berulang karena pengulangan itu sendiri yang menyebabkan adanya
pengurangan nilai tersebut
Proposisi Persetujuan (restu) – agresi, dalam bagian ini ada dua
proposisi yang berbeda. Proposisi yang pertama berbunyi “ Bila tindakan
seseorang tidak memperoleh ganjaran seperti yang diharapkannya atau mendapat
hukuman yang tidak diharapkannya, maka semakin besar kemungkinana bahwa dia
akan menjadi marah dan melakukan tindakan yang agresif, dan tindakan agresif
itu menjadi bernilai baginya.” Homans memberikan contoh bahwa jika seseorang
tidak mendapatkan nasihat yang dia harapkan dari orang lain dan orang lain itu
tidak mendapat pujian yang dia harapkan maka keduanya akan menjadi marah. Dalam proposisi ini berbicara tentang perilaku emosional dari individu
yang timbul dari perilaku yang telah ia lakukan sebelumnya. Pada proposisi
diatas dijelaskan bahwa individu akan melakukan tindakan sebagai reaksi dari
adanya gajaran atau hukuman yang ia terima. Ketika individu tidak mendapatkan
apa yang ia inginkan ia akan melakukan tindakan agresif demi menyalurkan rasa
emosional yang ia rasakan. Tindakan atas dasar emosi tersebut bisa jadi menjadi
tindakan yang paling bernilai baginya karena apa yang ia harapkan sebelumnya
tidak dapat terpenuhi.
Proposisi yang kedua lebih
bersifat positif “ Apabila seseorang
mendapat ganjaran yang diharapkannya, khususnya ganjaran yang lebih besar dari
pada yang diharapkannya, atau tidak mendapatkan hukuman yang diperhitungkannya
maka ia akan menjadi senang, lebih besar ia akan melakukan hal-hal yang positif
dan hasil dari tingkah laku yang demikian adalah lebih bernilai baginya”.
Misalnya, apabila seseorang mendapatkan nasihat dari orang lain seperti yang
diharapkannya dan orang lain itu mendapat pujian seperti yang diharapkannya
maka keduanya akan menjadi senang dan besar kemungkinan yang satu menerima
nasihat dan yang lainnya memberikan nasihat yang lebih bermanfaat. ketika individu mendapatkan ganjaran yang bernilai lebih dari apa yang ia
harapkan individu ini akan merasa senang atau bahkan apa yang ia lakukan
tersebut dapat menjadi hal yang paling berharga baginya
Proporsi rasionalitas,
proposisi rasionalitas adalah “orang
membandingkan jumlah imbalan yang diasosiasikan dengan setiap tindakan. Imbalan
yang bernilai tinggi akan hilang nilainya jika aktor menganggap bahwa itu semua
cenderung tidak akan mereka peroleh. Sedangkan imbalan yang bernilai rendah
akan mengalami petambahan nilai jika semua itu dipandang sangat mungkin
diperoleh. Jadi, terjadi interaksi antara nilai imbalan dengan kecenderungan
diperolehnya imbalan”.
Imbalan yang paling diinginkan adalah imbalan yang sangat bernilai dan
sangat mungkin dicapai. Sedangkan imbalan yang paling tidak diinginkan adalah
imbalan yang paling tidak bernilai dan cenderung tidak mungkin diperoleh.
(Homans dalam Ritzer, 2009:457).
Proposisi Homans yang terakhir ini menjelaskan proses aktivitas individu
yang syarat dengan pragmatisme kepentingan. Dalam aktivitas individu, nilai
adalah segala- galanya, nilai mendorong untuk bertindak dan juga dapat
menghambat dalam bertindak, tergantung kelebihan dan kekurangan dari nilai itu
bagi individu yang menjalankannya.
Homans menekankan bahwa proposisi itu saling berkaitan satu sama lain dan
harus dijadikan satu perangkat dalam menganalisis perilaku individu dalam
masyarakat. Proposisi – proposisi tersebut saling melengkapi dalam menjelaskan
perilaku individu untuk selanjutnya dapat menjelaskan mengenai struktur sosial
dalam masyarakat.
Teori pertukaran P. Blau
Peter Blau memahami struktur sosial
berdasarkan analisis proses sosial yang mempengaruhi hubungan antar individu
dan kelompok. Blau memusatka perhatianya padaproses pertukaran yang menurutnya
mengatur kebanyakan prilaku manusiqa dan melandasi hubungan antar individu
mapupun antarkelompok. Empat langkah
berurutan dari pertukaran pribadi ke
struktur social hingga perubahan social.
1. Pertukaran atau transaksi antar individu
yang meningkat ke..
2. Differensiasi status dan
kekuasaan yang mengarah ke...
3. legiitimasi dan pengorganisasian
yang menyebarkan bibit dari..
4. oposisi dan perubahan..
Mikro ke makro. Di tingkatindividual
blau dan hobmas tertarik pada proses yang sama
Proses pertukaran Sosial antar individu
(dan antara individu dan kelompok) Blau dalam digambarkan dalam penjelasan
berikut:
Konsep Blau mengenai
pertukaran sosial terbatas kepada tingkah laku yang menghasilkan ganjaran atau
imbalan, yang artinya tingkah laku akan berhenti bila pelaku tersebut berasumsi
bahwa dia tidak akan mendapat imbalan lagi. Blau menyatakan bahwa terjadi tarik
menarik yang mendasar antara pelaku-pelaku sosial tersebut yang menyebabkan
terjadinya teori pertukaran sosial, dan dia menggunakan paradigma yang terdapat
dalam karya Homans untuk menjelaskan mengenai ketimpangan kekuasaan.
Ketimpangan kekuasaan terjadi karena ketidakseimbangan ganjaran yang diberikan
antara pihak satu dengan pihak lain. Blau mengatakan bahwa ‘sementara yang lain
dapat diganjar dengan cara yang memadai melalui pengungkapan kepuasan telah
menolongnya, maka pihak yang ditolong itu tidak harus memaksa dirinya dan
menghabiskan waktunya untuk membahas pertolongan dari penolongnya’
TEORI PILIHAN RASIONAL James Coleman
Menurut Coleman, sosiologi seharusnya
memusatkan perhatian pada sistem sosial. Akan tetapi, fenomena makro (sistem
sosial) harus dijelaskan oleh faktor internalnya sendiri, khususnya faktor
individualnya. Coleman lebih tertarik mengkaji individual, salah satu alasannya
adalah bahwa data suatu sistem sosial biasanya dihasilkan dari data individual
yang dikumpulkan dan disusun. Alasan lain adalah karena “intervensi” dilakukan
untuk menciptakan perubahan sosial. Inti perspektif Coleman adalah gagasan
bahwa teori sosial tak hanya merupakan latihan akademis, tetapi harus dapat
mempengaruhi kehidupan sosial melalui “intervensi” tersebut.
Teori
pilihan rasional Coleman tampak jelas dalam gagasan dasarnya bahwa “tindakan
perseorangan mengarah pada suatu tujuan dan tujuan itu (dan juga tindakan itu)
ditentukan oleh nilai atau pilihan (preferensi)” (1990:13). Tetapi, Coleman
selanjutnya menyatakan bahwa untuk maksud yang sangat teoritis, ia memerlukan
konsep yang yang lebih tepat mengenai aktor rasional yang berasal dari ilmu
ekonomi yang melihat aktor memilih tindakan yang dapat memaksimalkan kegunaan
atau yang memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka.
Ada dua
unsur utama dalam teori Coleman, yakni aktor dan sumber daya. Sumber daya
adalah sesuatu yang menarik perhatian dan yang dapat dikontrol oleh aktor.
Coleman menjelaskan interaksi antara aktor dan sumber daya secara rinci menuju
ke tingkat sistem sosial, bahwa basis minimal untuk sistem sosial adalah dua
orang aktor, masing-masing mengendalikan sumber daya yang menarik perhatian pihak
lain. Dalam hal tersebut terjadi saling ketergantungan (saling membutuhkan),
saling ketergantungan tersebut meliputi seluruh sistem sosial. Setiap individu
bertujuan memaksimalkan perwujudan kepentingannya, ini memberi ciri saling
tergantung atau cirri sistemik tindakan mereka.
Coleman
mengakui bahwa dalam kehidupan nyata orang tak selalu berperilaku rasional,
tetapi ia merasa bahwa hal ini hampir tak berpengaruh pada teorinya. Ia
berasumsi bahwa ramalan teoritis yang ia buat adalah untuk melihat apakah aktor
bertindak tepat menurut rasionalitas atau menyimpang dari cara-cara yang
diamati (menyimpang dari rasionalitas).
Pemusatan
perhatiannya pada tindakan rasional individu dilanjutkannya dengan memusatkan
perhatian pada masalah hubungan makro-mikro atau bagaimana cara gabungan
tindakan individual menimbulkan perilaku sistem sosial. Secara inti ia
memusatkan perhatian pada aspek hubungan makro-mikro atau dampak tindakan
individual terhadap tindakan individu lain. Salah satu kunci gerakan dari mikro
ke makro adalah mengakui wewenang dan hak yang dimiliki oleh seorang individu
terhadap individu lain.
C.
KELEMAHAN DAN KEKURANGAN
Salah satu
kelemahan dari teori ini adalah bahwa ia melihat interaksi manusia hanya
sebagai proses rasional, dengan fokus pada formula ekonomi. Para kritikus
berpendapat bahwa karena Pertukaran Sosial berfokus pada hadiah untuk biaya
keseimbangan itu tidak menjelaskan alasan lain di balik bursa tertentu.
Beberapa juga tantangan apakah manusia benar-benar mengambil waktu untuk
berpikir tentang imbalan dan biaya saat memiliki dan pertukaran atau membentuk
hubungan (Turner & West, 2007).
D.
RELEVANSI TEORI DENGAN KEHIDUPAN
SEKARANG
Teori pilihan rasional dapat menganalisis perilaku
kolektif, meskipun sifat perilaku kolektif tak stabil dan kacau. Teori pilihan
rasional dapat menjelaskan penyebab adanya perilaku kolektif yang liar dari
seorang atau beberapa aktor terhadap aktor lain. Menurut teori pilihan
rasional, adanya perilaku yang demikian dikarenakan mereka berupaya
memaksimalkan kepentingan mereka. Adanya
upaya memaksimalkan kepentingan individual tersebut menyebabkan keseimbangan
kontrol antara beberapa aktor dan menghasilkan keseimbangan dalam masyarakat.
Namun, dalam perilaku kolektif, adanya upaya memaksimalkan kepentingan individu
tak selalu menyebabkan keseimbangan sistem.