Senin, 11 Januari 2016

TEORI PERTUKARAN SOSIAL DAN TEORI ILIHAN RASIONAL



TEORI PERTUKARAN SOSIAL DAN TEORI ILIHAN RASIONAL
A.    SEJARAH TEORI
Diawali dari pemikiran Burgess dan Baldwin (1969) tentang behaviorisme yang menekankan perilaku actor dengan lingkungan dan sebaliknya, Goerge Homans (1974) mengembangkan teori pertukaran social dengan proposisi psikologis. Berbeda dengan Homans, Peter Blau (1964) memahami struktur social berdasarkan analisis proses social yang mempengaruhi hubungan antara individu dan kelompok (pertukaran pribadi ke struktur dari mikro ke makro). Barry Wellman (1983) memusatkan perhatian pada pola ikatan objektif yang menghubungkan anggota masyarakat (jaringan). Sementara Cook dan Whitmeyer (1992) mengkombinasikan teori pertukaran social dan analisis jaringan. Perkembangan terakhir teori pertukaran dalam buku ini di gagas oleh James S. Coleman (1990) tentang Teori pilihan rasional (Paradigm tindakan rasional) adalah satu-satunya teori yang mungkin menghasilkan integrasi berbagai paradigma sosiologi.

B.     MATERI UTAMA
Teori pertukaran homans
Homans memulai teorinya dengan ilmu ekonomi bukan dengan psikologi. Teori pertukaran Homans berasumsi bahwa seorang terlibat pada sebuah tindakan karena ganjaran atau menghindari adanya hukuman. Pertukaran perilaku untuk memperoleh ganjaran tersebut merupakan prinsip dasar dalam transaksi ekonomi. Ilmu ekonomi dapat menggambarkan hubungan pertukaran dan sosiologi dapat menggambarkan adanya struktur-struktur sosial diamana pertukaran tersebut terjadi. Melalui ilmu ekonomi Homans mengkaji perilaku individu dalam meraih nilai melalu tindakannya, hal ini juga didukung dari adanya teori psikologi milik Skinner (Behavioralisme).  Seperti halnya binatang yang mencoba mencari ganjaran serta menghindari adanya hukuman, manusia pun mencobanya dengan memperbesar keuntungan dan memperkecil biaya yang dikeluarkan. Menurut Homans, dilihat dari sisi fungsional bukan hanya status yang berasal dari fungsi sosialnya melainkan karena struktur yang demikian itu terdiri dari individu-individu yang terlibat dalam proses pertukaran barang yang berwujud materi maupun non-materi (Homans, 1958: 579-606).
Pertukaran sosial yang terjadi antar individu tidak berjalan statis, karena tidak selamanya individu mendapatkan keuntungan dari proses pertukaran sosial itu. Oleh karena itu, bagi Homans dalam teori pertukaran sosial perlu dilakukan proposisi-proposisi. Menurut Homans proposisi - proposisi yang dapat menjelaskan teori pertukaran sosial secara utuh, diantaranya, proposisi sukses, proposisi stimulus, proposisi nilai, proposisi kelebihan dan kekurangan, proposisi agresi – pujian, dan proposisi rasionalitas.
Pernyataan pertama proposisi sukses,  “Dalam setiap tindakan, semakin sering suatu tindakan tertentu memperoleh ganjaran, maka kian kerap ia akan melakukan tindakan itu (Homans, dalam Poloma: 61). Sebaliknya, semakin sering tindakan seseorang itu gagal atau tidak mendapatkan penghargaan maka tindakan itu tidak akan diulangi lagi olehnya. Proposisi sukses ini dapat disimpulkan bahwa ketika seorang individu memperoleh ganjaran dari tindakan yang ia lakukan maka suatu ketika ia akan melakukan tindakan itu lagi bahkan ia akan sering melakukan tindakan tersebut dengan harapan ia dapat menerima ganjaran yang serupa dengan apa yang telah ia dapatkan sebelumnya.
Proposisi stimulus atau rangsangan menyatakan bahwa “jika di masa lalu terjadinya stimulus (rangsangan) yang khusus atau seperangkat stimuli merupakan peristiwa dimana tindakan seseorang memperoleh ganjaran, maka semakin mirip stimuli yang ada sekarang ini dengan yang lalu itu, akan semakin mungkin seseorang melakukan tindakan serupa atau yang agak sama, (Homans, dalam Poloma: 64).
Proposisi nilai, “semakin tinggi nilai suatu tindakan, maka kian senang seseorang melakukan tindakan itu” (Homans, dalam Poloma: 63). Proposisi ini berkaitan dengan tingkat atau tinggi rendahnya nilai dari sebuah tindakan. Disini Homans memperkenalkan konsep hadiah dan hukuman. Hadiah adalah tindakan dengan nilai positif, makin tinggi nilai hadiah, makin besar kemungkinan mendatangkan perilaku yang diinginkan. Sedangakan hukuman adalah hal yang diperoleh karena tingkah laku yang negatif. Dalam pengamatannya, Homans memperhatikan bahwa hukuman bukanlah merupakan cara yang efektif untuk mengubah tingkah laku seseorang. Ketika tindakan memiliki nilai yang tinggi maka seorang individu ini akan semakin senang atau menikmati apa yang dilakukannya berbeda ketika nilai dari sebuah tindakan itu rendah atau bahkan justru tidak ada nilai yang mengikutinya maka individu akan cenderung malas atau bahkan tidak melakukan tindakan itu.
Proposisi Kejenuhan (deprivasi–satiasi), “semakin sering di masa yang baru berlalu seseorang menerima suatu ganjaran tertentu, maka semakin kurang bernilai bagi orang tersebut peningkatan setiap unit ganjaran” (Homans, dalam Poloma: 63-64). Dalam proposisi kejenuhan (deprivasi–satiasi) ini menjelaskan bahwa ketika suatu tindakan yang pada awalnya bernilai semakin lama nilai tersebut akan semakin berkurang seiring dengan berjalannya waktu. Dapat dikatakan bahwa dari tindakan yang bernilai ketika tindakan itu dilakukan berulang-ulang maka setiap perulangan tersebut akan terjadi pengurangan nilai. Individu akan merasakan terjadinya pengurangan nilai dari tindakan yang ia lakukan berulang karena pengulangan itu sendiri yang menyebabkan adanya pengurangan nilai tersebut
Proposisi Persetujuan (restu) – agresi, dalam bagian ini ada dua proposisi yang berbeda. Proposisi yang pertama berbunyi “ Bila tindakan seseorang tidak memperoleh ganjaran seperti yang diharapkannya atau mendapat hukuman yang tidak diharapkannya, maka semakin besar kemungkinana bahwa dia akan menjadi marah dan melakukan tindakan yang agresif, dan tindakan agresif itu menjadi bernilai baginya.” Homans memberikan contoh bahwa jika seseorang tidak mendapatkan nasihat yang dia harapkan dari orang lain dan orang lain itu tidak mendapat pujian yang dia harapkan maka keduanya akan menjadi marah. Dalam proposisi ini berbicara tentang perilaku emosional dari individu yang timbul dari perilaku yang telah ia lakukan sebelumnya. Pada proposisi diatas dijelaskan bahwa individu akan melakukan tindakan sebagai reaksi dari adanya gajaran atau hukuman yang ia terima. Ketika individu tidak mendapatkan apa yang ia inginkan ia akan melakukan tindakan agresif demi menyalurkan rasa emosional yang ia rasakan. Tindakan atas dasar emosi tersebut bisa jadi menjadi tindakan yang paling bernilai baginya karena apa yang ia harapkan sebelumnya tidak dapat terpenuhi.
Proposisi yang kedua lebih bersifat positif “ Apabila seseorang mendapat ganjaran yang diharapkannya, khususnya ganjaran yang lebih besar dari pada yang diharapkannya, atau tidak mendapatkan hukuman yang diperhitungkannya maka ia akan menjadi senang, lebih besar ia akan melakukan hal-hal yang positif dan hasil dari tingkah laku yang demikian adalah lebih bernilai baginya”. Misalnya, apabila seseorang mendapatkan nasihat dari orang lain seperti yang diharapkannya dan orang lain itu mendapat pujian seperti yang diharapkannya maka keduanya akan menjadi senang dan besar kemungkinan yang satu menerima nasihat dan yang lainnya memberikan nasihat yang lebih bermanfaat. ketika individu mendapatkan ganjaran yang bernilai lebih dari apa yang ia harapkan individu ini akan merasa senang atau bahkan apa yang ia lakukan tersebut dapat menjadi hal yang paling berharga baginya
Proporsi rasionalitas, proposisi rasionalitas adalah “orang membandingkan jumlah imbalan yang diasosiasikan dengan setiap tindakan. Imbalan yang bernilai tinggi akan hilang nilainya jika aktor menganggap bahwa itu semua cenderung tidak akan mereka peroleh. Sedangkan imbalan yang bernilai rendah akan mengalami petambahan nilai jika semua itu dipandang sangat mungkin diperoleh. Jadi, terjadi interaksi antara nilai imbalan dengan kecenderungan diperolehnya imbalan”.
Imbalan yang paling diinginkan adalah imbalan yang sangat bernilai dan sangat mungkin dicapai. Sedangkan imbalan yang paling tidak diinginkan adalah imbalan yang paling tidak bernilai dan cenderung tidak mungkin diperoleh. (Homans dalam Ritzer, 2009:457).
Proposisi Homans yang terakhir ini menjelaskan proses aktivitas individu yang syarat dengan pragmatisme kepentingan. Dalam aktivitas individu, nilai adalah segala- galanya, nilai mendorong untuk bertindak dan juga dapat menghambat dalam bertindak, tergantung kelebihan dan kekurangan dari nilai itu bagi individu yang menjalankannya.
Homans menekankan bahwa proposisi itu saling berkaitan satu sama lain dan harus dijadikan satu perangkat dalam menganalisis perilaku individu dalam masyarakat. Proposisi – proposisi tersebut saling melengkapi dalam menjelaskan perilaku individu untuk selanjutnya dapat menjelaskan mengenai struktur sosial dalam masyarakat.
Teori pertukaran P. Blau
Peter Blau memahami struktur sosial berdasarkan analisis proses sosial yang mempengaruhi hubungan antar individu dan kelompok. Blau memusatka perhatianya padaproses pertukaran yang menurutnya mengatur kebanyakan prilaku manusiqa dan melandasi hubungan antar individu mapupun antarkelompok.  Empat langkah berurutan dari pertukaran pribadi  ke struktur social hingga perubahan social.
 1. Pertukaran atau transaksi antar individu yang meningkat  ke..
2. Differensiasi status dan kekuasaan yang mengarah ke...
3. legiitimasi dan pengorganisasian yang menyebarkan bibit dari..
4. oposisi dan perubahan..
Mikro ke makro. Di tingkatindividual blau dan hobmas tertarik pada proses yang sama
Proses pertukaran Sosial antar individu (dan antara individu dan kelompok) Blau dalam digambarkan dalam penjelasan berikut:
Konsep Blau mengenai pertukaran sosial terbatas kepada tingkah laku yang menghasilkan ganjaran atau imbalan, yang artinya tingkah laku akan berhenti bila pelaku tersebut berasumsi bahwa dia tidak akan mendapat imbalan lagi. Blau menyatakan bahwa terjadi tarik menarik yang mendasar antara pelaku-pelaku sosial tersebut yang menyebabkan terjadinya teori pertukaran sosial, dan dia menggunakan paradigma yang terdapat dalam karya Homans untuk menjelaskan mengenai ketimpangan kekuasaan. Ketimpangan kekuasaan terjadi karena ketidakseimbangan ganjaran yang diberikan antara pihak satu dengan pihak lain. Blau mengatakan bahwa ‘sementara yang lain dapat diganjar dengan cara yang memadai melalui pengungkapan kepuasan telah menolongnya, maka pihak yang ditolong itu tidak harus memaksa dirinya dan menghabiskan waktunya untuk membahas pertolongan dari penolongnya’



TEORI PILIHAN RASIONAL James Coleman
 Menurut Coleman, sosiologi seharusnya memusatkan perhatian pada sistem sosial. Akan tetapi, fenomena makro (sistem sosial) harus dijelaskan oleh faktor internalnya sendiri, khususnya faktor individualnya. Coleman lebih tertarik mengkaji individual, salah satu alasannya adalah bahwa data suatu sistem sosial biasanya dihasilkan dari data individual yang dikumpulkan dan disusun. Alasan lain adalah karena “intervensi” dilakukan untuk menciptakan perubahan sosial. Inti perspektif Coleman adalah gagasan bahwa teori sosial tak hanya merupakan latihan akademis, tetapi harus dapat mempengaruhi kehidupan sosial melalui “intervensi” tersebut.
Teori pilihan rasional Coleman tampak jelas dalam gagasan dasarnya bahwa “tindakan perseorangan mengarah pada suatu tujuan dan tujuan itu (dan juga tindakan itu) ditentukan oleh nilai atau pilihan (preferensi)” (1990:13). Tetapi, Coleman selanjutnya menyatakan bahwa untuk maksud yang sangat teoritis, ia memerlukan konsep yang yang lebih tepat mengenai aktor rasional yang berasal dari ilmu ekonomi yang melihat aktor memilih tindakan yang dapat memaksimalkan kegunaan atau yang memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka.
Ada dua unsur utama dalam teori Coleman, yakni aktor dan sumber daya. Sumber daya adalah sesuatu yang menarik perhatian dan yang dapat dikontrol oleh aktor. Coleman menjelaskan interaksi antara aktor dan sumber daya secara rinci menuju ke tingkat sistem sosial, bahwa basis minimal untuk sistem sosial adalah dua orang aktor, masing-masing mengendalikan sumber daya yang menarik perhatian pihak lain. Dalam hal tersebut terjadi saling ketergantungan (saling membutuhkan), saling ketergantungan tersebut meliputi seluruh sistem sosial. Setiap individu bertujuan memaksimalkan perwujudan kepentingannya, ini memberi ciri saling tergantung atau cirri sistemik tindakan mereka.
Coleman mengakui bahwa dalam kehidupan nyata orang tak selalu berperilaku rasional, tetapi ia merasa bahwa hal ini hampir tak berpengaruh pada teorinya. Ia berasumsi bahwa ramalan teoritis yang ia buat adalah untuk melihat apakah aktor bertindak tepat menurut rasionalitas atau menyimpang dari cara-cara yang diamati (menyimpang dari rasionalitas).
Pemusatan perhatiannya pada tindakan rasional individu dilanjutkannya dengan memusatkan perhatian pada masalah hubungan makro-mikro atau bagaimana cara gabungan tindakan individual menimbulkan perilaku sistem sosial. Secara inti ia memusatkan perhatian pada aspek hubungan makro-mikro atau dampak tindakan individual terhadap tindakan individu lain. Salah satu kunci gerakan dari mikro ke makro adalah mengakui wewenang dan hak yang dimiliki oleh seorang individu terhadap individu lain.

C.     KELEMAHAN DAN KEKURANGAN
            Salah satu kelemahan dari teori ini adalah bahwa ia melihat interaksi manusia hanya sebagai proses rasional, dengan fokus pada formula ekonomi. Para kritikus berpendapat bahwa karena Pertukaran Sosial berfokus pada hadiah untuk biaya keseimbangan itu tidak menjelaskan alasan lain di balik bursa tertentu. Beberapa juga tantangan apakah manusia benar-benar mengambil waktu untuk berpikir tentang imbalan dan biaya saat memiliki dan pertukaran atau membentuk hubungan (Turner & West, 2007).
D.    RELEVANSI TEORI DENGAN KEHIDUPAN SEKARANG
            Teori  pilihan rasional dapat menganalisis perilaku kolektif, meskipun sifat perilaku kolektif tak stabil dan kacau. Teori pilihan rasional dapat menjelaskan penyebab adanya perilaku kolektif yang liar dari seorang atau beberapa aktor terhadap aktor lain. Menurut teori pilihan rasional, adanya perilaku yang demikian dikarenakan mereka berupaya memaksimalkan kepentingan mereka.  Adanya upaya memaksimalkan kepentingan individual tersebut menyebabkan keseimbangan kontrol antara beberapa aktor dan menghasilkan keseimbangan dalam masyarakat. Namun, dalam perilaku kolektif, adanya upaya memaksimalkan kepentingan individu tak selalu menyebabkan keseimbangan sistem.

Tantangan Ketahanan Nasional Bangsa Indonesia



Tantangan Ketahanan Nasional Bangsa Indonesia
A.    Pengertian Ketahanan Nasional
Ketahanan Nasional (Tannas) Indonesia adalah kondisi dinamis bangsa Indnonesia yang meliputi segenap aspek kehidupan nasional yang terintegrasi. Ketahanan nasional berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan baik yang datang dari luar maupun dari dalam dan untuk menjamin identitas, integritas, kelangsungan hidup bangsa dan Negara, serta perjuangan mencapai tujuan nasional.

B.     Tantangan Ketahanan Nasional Bangsa Indonesia
Berikut tantangan ketahanan nasional yang dihadapi Bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai bidang, antara lain:
1.      Di Bidang Politik
Dalam bidang politik terdapat ancaman berupa pemerintahan yang tidak aspiratif dan responsive atau bisa dikatakan diktator. Pemerintahan yang tidak mau mendengarkan aspirasi rakyat artinya pemerintah ini tidak demokratis (dari rakyat, untuk rakyat dan oleh rakyat). Padahal kita tahu bahwa sistem pemerintah Indonesia adalah sistem pemerintah yang demokratis bukantotaliter (diktator). Meskipun telah diselenggarakannya pemilu, hal ini tidak menjamin semua suara serta partisipasi rakyat mendapat bagian dalam pemerintahan. Ini dikarenakan masih sering manipulasi suara rakyat untuk memenangkan kelompok tertentu sampai kepada tidak meratanya pemberian hak suara kepada rakyat (ada rakyat yang berhak menggunakan hak suaranya tetapi tidak tercantum namanya dan sebaliknya).
2.      Di Bidang Ekonomi
Dalam bidang ekonomi kemiskinan menjadi ancaman bagi Ketahanan Nasional. Suatu kenyataan bahwa kemiskinan masih terdapat dalam jumlah yang besar di Indonesi. Meskipun jumlah rakyat yan hidup di bawah garis kemiskinan sudah dapat dikurangi sevara mencolok, yaitu dari sekitar 70% pada tahum 1970 menjadi sekitar 15% pada tahun 1993, namun itu masih meliputi tidak kurang dari 27 juta orang. Satu jumlah yang sama dengan jumlah penduduk satu negara ukuran menengah seperti Canada (28 juta) dan jauh atas penduduk Malaysia (19 juta). Padahal rakyat Indonesia yang hidup sedikit di luar garis kemiskinan juga masih tergolong miskin sekali. Maka dengan begitu jumlah penduduk Indonesia yang masih hidup miskin banyak sekali. Kondisi penduduk demikian tidak mendukung adanya Ketahanan Nasional yang kuat. Seperti telah diuraikan, Ketahanan Nasional terdiri dari Kesejahteraan dan Keamanan yang dapat dibedakan tetapi tidak dipisahkan. Kalau masih banyak sekali penduduk Indonesia miskin, sekalipun ada kecenderungan akan membaik, maka Kesejahteraan pada waktu ini belum tinggi. Karena itu juga Keamanan belum dalam kondisi yang cukup baik. Oleh karena itu kemiskinan merupakan tatangan yang harus dapat diatasi secepat mungkin untuk dapat mewujudkan Ketahanan Nasional yang tangguh. Kemiskinan itu dapat dilihat secara absolut dan relatif. Dilihat secaea absolut kita mempunyai tingkat kemiskinan sebagaimana diindikasikan oleh penghasilan per kapita yang sekarang sebesaaaaaar 730 dollar AS atau sekitar Rp. 1.500.000,00 per tahun. Pada umumnya penghasilan yang dinilai memadai adalah kalau sudah di atas 2.000 dollar AS atau sekitae Rp. 4.500.000,00 per tahun. Jadi keadaan kita secara absolut baru sepertiga yang dinilai normal. Padahal angka Rp. 1.500.000,00 per kapita/tahun itu jauh dari gambaran keadaan penghasilan penduduk yang sebenarnya. Sebab ada yang segolongan kecil yang kaya sekali dengan penghasilan per kapita mungkin tidak kalah dari penduduk di negara maju, jadi lebih dari 20.000 dollar AS atau Rp. 45 juta setahun. Sedangkan mayoritas penduduk di bawah Rp 1.500.000,00 bahkan mungkin sekali di bawah Rp. 1.000.000 per tahun. Secara relatif kondisi penghasilan bangsa Indonesia masih amat parah juga, karena harus dibandingkan dengan penghasilan per kapita bangsa-bangsa yang lain, khususnya yang tinggal sekitar kita. Kita adalah bangsa termiskin di lingkungan ASEAN menurut laporan World Bank Altas 1995. Singapore adalah terkaya dengan $ 19.310, Malaysia $3.160, Thailand $ 2.040, Filipina $ 830, sedangkan Brunei Darussalam menurut majalah Asia Week 10 Februari 1995 $ 18.500. maka jelas sekali bahwa kita baik secara absolut maupun relatif masih tergolong bangsa yang miskin, apalagi kalau melihat penghasilan mayoritas penduduk yang di bawah Rp. 1.000.000,00 atau $ 500. Meskipun sekitar 5% pendudukan Indonesia tidak kalah hidupnya dari rata-rata pendudukan Singapore.
Sungguhpun perhatian lebih dipusatkan pada masalah keamanan dalam negeri serta dongrongan yang lebih bersifat infiltrasi dan subversi, kewaspadaan nasional terhadap segala bentuk ancaman dan tantangan merupakan sesuatu yang mutlak, untuk memeliharakelangsungan hidup bangsa dan mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan sertamelaksanakan pembangunan di segala bidang untuk mencapai ketahanan nasional yang tinggi.Faktor-faktor yang perlu diperhitungkan dalam menghadapi masalah pertahanan dankeamanan adalah perkembangan lingkungan internasional dan regional, pertentangan dan konflik bersenjata yang terjadi di beberapa kawasan, pengaruh resesi ekonomi dan perkembangan lingkungan hidup di dalam negeri sendiri. Suasana ketidakpastian menuntut agar bangsa Indo-nesia lebih menyadari kenyataan dan meningkatkan upaya untuk memelihara daya tangkal yangefektif. Cara mengatasinya adalah Pembangunan TNI (untuk ancaman luar negeri) dan Polri(untuk ancaman dalam negeri) perlu dilanjutkan (dimulai dari Repelita II), misalnyameningkatkan kesejahtreaan TNI /Polri (masalah mencukupi kebutuhan fisik manusia),deteriorisasi materiil dan sarana dan prasarana maupun pendidikan mencakup persenjataan untuk menjada keamanan dalam dan luar negeri. Karena anggaran yang terbatas, sehingga untuk belanja modal (membeli perlengkapan persenjataan) tidak dimungkinkan di Indonesia.
3.      Di Bidang Sosial Budaya
Dalam bidang sosial budaya, ancaman terbesarnya adalah tidak bisanya rakyat Indonesia  mempertahankan kebhinekaan yang ada. Dimana keberagaman budaya dan suku bangsa yang seharusnya menjadi pemersatu bangsa malah sering dijadikan alat untuk memecah belahkan bangsa. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya konflik yang terjadi akibat dari perbedaan ras dan golongan. Dimana setiap anggota dari suku dan budaya yang ada beranggapan kalau kebudayaan serta suku merekalah yang paling baik dan tidak mengindahkan kebudayaan serta suku lainnya yang ada di tengah masyarakat. Sikap mementingkan kepentingan golongan dibandingkan dengan kepentingan masyarakat secara keseluruhan ini jugalah yang dapat memecah belahkan persatuan yang ada, dimana masing-masing pihak berupaya untuk mencapai tujuannya dengan mengesampingkan tujuan nasional secara keseluruhan. Selain itu juga perbedaan agama sering memacu timbulnya konflik yang ada di masyarakat. Dimana terdapat paham yang membeda-bedaka ajaran agama yang satu dengan yang lain, yang kemudian akan mengakibatkan terbentuknya  gap antara agama yang satu dengan pemeluk agama yang lain. Perbedaan agama serta aliran kepercayaan yang ada di Indonesia inilah yang paling berdampak besar terhadap perpecahan serta merupakan ancaman yang serius di bidang sosial budaya. Masalah perbedaan status serta strata dalam masyatakat juga merupakan ancaman dibidang sosial budaya, dimana terdapat perbedaan yang mencolok antara majikan dan bawahan serta antara yang kaya dan yang miskin. Ini juga berpotensi untuk memicu terjadinya konflik dalam masyarakat jika perbedaan tersebut terlalu mencolok. Perbedaan ini bukan hanya dalam status yang dimiliki saja tetapi biasanya juga terhadap perlakuan yang mereka peroleh, seperti halnya orang kaya selalu diutamakan kepentingannya dibandingkan dengan yang miskin. Solusi untuk permasalahan ini adalah perlunya sikap toleransi antar sesama, dimana semua anggota masyarakat harus menghormati serta menghargai hak serta kepentingan sesamanya, mengutamakan serta memprioritaskan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi atau golongan.
4.      Di Bidang Pertahanan dan Keamanan
Dalam bidang pertahanan dan keamanan adalah ancaman terhadap kedaulatan NKRI jangan sampai kejadian di Desember 2002 terulang, dimana Pulau Sigitan dan Pulau Sipadan diambil  oleh negara lain. Apalagi kita tahu RI memiliki batas wilayah dilaut dengan 10 negara tetangga, yaitu dengan India, Thailand, Malaysia, Singapura, Vietnam, Philipina, Pulau, PNG, Australia dan Timor Leste berbatasan dengan RI di darat. Baik perbatasan di laut maupun di darat masalah penegasan dan penetapan batas internasional tersebut sampai sekarang belum tuntas karena masih ada kantung-kantung sepanjang garis batas yang belum tertutup (belum ada kesepakatan bersama dalam penentuan batas negara maupun yang bermasalah). Sebagai contoh, di perbatasan darat antara RI-Malaysia di Kalimantan terdapat 10 permasalahan batas yang masih perlu penyelesaian. Mengatasi hal ini adalah memperkuat pengamanan di daerah batasan dengan menempatkan TNI di daerah perbatasan.
Mengatasi hal ini adalah memperkuat pengamanan di daerah batasan dengan menempatkan TNI di daerah perbatasan. Selain itu pemerintah harus tegas dan mengambil tindakan cepat untuk melakukan negosiasi dengan pemerintahan negara lain tentang batas wilayah. Jikatindakan represif tidak berjalan, kita bisa saja melakukan konfontrasi dengan negara yang bersangkutan seperti yang dilakukan Indonesia kepada Malaysia tahun 1960-an.

C.    Cara Memperkokoh Ketahanan Nasional
Mengatasinya dengan memberdayakan masyarakatuntuk mengawasi pemerintahan melalui wakilnya yang duduk di lembaga legislative untuk mengawasi pemerintahan supaya tidak diktator (seperti yang terjadi pada zamanorde baru). Kemudian membuat aturan UU yang mengatur tentang pemerintahan anti- totaliter. UU perlu dibuat karena pemerintahan kita berdasarkan atas hukum (rechstaat)artinya apa yang dilakukan pemerintah harus sesuai dengan UU yang berlaku dalam suatunegara.
Untuk mengatasi kemiskinan, kita harus meningkatkan mutu sumber daya manusia supaya bisa bersaing dengan penduduk negara lain supaya kita memilikikeunggulan kompetitif dibandingkan negara lain. Meningkatkan kualitas sumber dayamanusia bisa dilakukan denga cara memperbaiki mutu pendidikan kita, memberikan beasiswa bagi penduduk yang tidak mampu namun memiliki kemampuan misalnyadengan program BOS yang sedang digalakkan pemerintah. Selain itu untuk menurunkantingkat kemiskinan, pemerintah perlu meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang tidak hanya melihat kuantitasnya namun kualitasnya. Artinya pertumbuhan ekonomi harusdapat menciptakan lapangan pekerjaan yang luas supaya tingkat pengangguran menurundan kemiskinan lambat laun bisa dihilangkan. Pertumbuhan ekonomi saja tidak cukup,namun pertumbuhan ekonomi harus diikuti dengan spread effect (efek sebaran) artinyaharus merata ke seluruh lapisan masyarakat, sehingga gap antara kaya dan miskinmenjadi kecil. Struktur ekonomi yang berkesinambungan juga bisa digunakan untuk menghadapi ancaman kemiskinan. Struktur ekonomi bisa dilihat dalam APBN kita,dimana dalam APBN bisa kita lihat apakah belanja pembangunan lebih banyak dari belanja rutin. Belanja pembangunan digunakan untuk pembangunan daerah tertinggal,KUR, PNPM yang fungsinya untuk memberantas kemiskinan.Selain kemiskinan, ancaman di bidang ekonomi adalah praktek monopoli perusahaan besar yang bisa menghabisi usaha-usaha kecil dan menengah. Jika praktek monopoli dibiarkan saja, maka perekonomian bukan lagi berdasarkan demokrasi ekonomidimana harga ditentukan oleh penjual, kemudian supply barang bisa diatur-atur oleh penjual sehingga kalau barang langka, maka harga pasti meningkat.
Caranya sebenarnya telah dilakukan pemerintah dimana telah dibuat KPPU (Komisi Pengawasan PersainganUsaha) untuk mengawasi perusahaan untuk tidak melakukan monopoli, selain itukembalikan lagi prinsip ekonomi yang telah diungkapkan di dalam pasal 33 UUD 1945dimana ekonomi berdasar usaha bersama (ayat 1).Baik secara global maupun dalam lingkup kawasan Asia, khususnya AsiaTenggara, Indonesia berada dalam suatu lingkungan yang ditandai dengan berbagai pertentangan. Di beberapa kawasan pertentangan ini telah atau sewaktu-waktu dapatmenjelma menjadi konflik bersenjata. Kekuatiran akan akibat perang umum maupunkemungkinan eskalasi perang terbatas, menyebabkan makin berkembangnya suatu bentuk perang yang sering disebut perang revolusioner. Infiltrasi, subversi sampai padakerusuhan dan pemberontakan bersenjata merupakan tahap-tahap dari bentuk perang ini,yang total sifatnya, baik dalam obyek, maupun metode, sehingga tidak satupun aspek kehidupan bangsa yang luput dari ancaman ini. Suatu gejala lain yang perlu mendapat perhatian pula adalah teror internasional dengan tindakan seperti pembajakan dan penyanderaan, suatu cara baru untuk mencapai suatu tujuan politik.Beberapa bentuk gangguan dalam negeri yang setiap saat dapat dihadapi dan perlu mendapat perhatian bidang pertahanan keamanan negara antara lain: gangguan terhadap persatuan dankesatuan bangsa, gangguan keamanan wilayah laut Nusantara, gangguan keamanan danketertiban masyarakat, gangguan infiltrasi dan subversi serta pemberontakan bersenjatayang biasanya berkaitan dengan usaha pihak asing, gangguan kejahatan narkotika,gangguankejahatan dengan kekerasan serta berbagai bentuk gangguan yang disebabkan oleh ketegangan sosial
Untuk mengatasi keterbatasan dana adalah memanfaatkan tenaga/ perusahaan dalam negeri artinya biasanya pesawat atau tank yang dipesan dari luar negeri, maka dibuat saja di negeri sendiri,misalnya yang telah dilakukan saat ini dimana tank dibuat oleh perusahaan di Indonesia.
Masalah lemahnya pendidikan juga mempengaruhi aspek ekonomi Indonesia yang juga akan berujung pada kemiskinan. Hal ini dikarenakan, di era globalisasi seperti saat ini ilmu pengetahuan serta pendidikan memegang peranan penting untuk membangun suatu negara. Negara yang pendidikan serta pengetahuannya terbelakang akan sulit mengalami perkembanganserta kemajuan sehingga memudahkannya untuk masuk ke dalam negara yang terbelakang. Selain itu juga ada anggapan bahwa maju atau mundurnya suatu negara tergantung pada pendidikan yang dienyam oleh rakyatnya. Karena dengan pendidikan dan IPTEK yangdimilikinya,rakyat dapat ikut serta aktif dalam membangun negaranya khususnya di bidang perekonomian dengan memanfaatkan perdagangan bebas yang ada. Sehingga pemecahan masalah di bidang ekonomi juga harus menitik beratkan pada pemberian pendidikan yangmemadai bagi rakyatnya, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang besar bagi pengembangan serta kemanjuan bangsanya khususnya di bidang perdagangan.


KESIMPULAN
Ketahanan Nasional (Tannas) Indonesia adalah kondisi dinamis bangsa Indonesia yang meliputi segenap aspek kehidupan nasional yang terintegrasi.
Tantangan yang dihadapi Bangsa Indonesia antara lain sebagai berikut:
1.      Dalam bidang politik terdapat ancaman berupa pemerintahan yang tidak aspiratif dan responsive atau bisa dikatakan diktator.
2.      Dalam bidang ekonomi yaitu fenomena kemiskinan yang menjadi ancaman bagi ketahanan nasional bangsa.
3.      Dalam bidang sosial budaya, ancaman terbesarnya adalah tidak bisanya rakyat Indonesia  mempertahankan kebhinekaan yang ada.
4.      Dalam bidang pertahanan dan keamanan adalah ancaman terhadap kedaulatan NKRI
Cara memperkokoh ketahanan nasional Bangsa Indonesia adalah dengan memperbaiki undang-undang yang berlaku di Indonesia, peningkatan sumber daya baik alam, manusia maupun modal, memperkuat berbagai sektor bidang, mempertegas kedaulatan NKRI di mata dunia, dan lain-lain.



DAFTAR PUSTAKA